INILAH SEJARAH DAN ASAL USUL PENGHUNI PERTAMA DAERAH KALIMANTAN SELATAN

Feri Penyebrangan di Sungai Barito
Indoborneonatural----Ilmu yang mempersoalkan sejarah mula jadi manusia dengan bagian tertua peradaban manusia itu adalah ilmu prasejarah. Zaman Prasejarah ini belum memiliki peninggalan bahan-bahan tertulis. Namun hal ini merupakan hal yang relatif sekali, sebab lamanya zaman prasejarah di tiap daerah berbeda satu dengan lainnya. Ketika orang-orang India datang di Kalimantan Timur (Kutai) dan di Jawa mengintroduksi penggunaan tulisan sebagai alat budaya manusia, maka prasejarah di sini telah berakhir pada abad ke IV sesudah tarikh masehi.

Manusia mula jadi ini meninggalkan banyak artefak-artefak sebagai alat untuk mempertahankan hidup, di samping sisa-sisa fosil mereka sendiri. dan fosil flora serta fauna pada zaman mereka hidup, Dari peninggalan-peninggalan ini para ahli kemudian dapat menentukan jenis-jenis mereka, alat-alat yang dipakai dan tata cara kehidupan yang dijalani kelompok tersebut.

Bagi kita di Indonesia, munculnya manusia-manusia purba dan jenis-jenis fauna lingkungannya berkaitan erat dengan proses alami timbulnya kepulauan ini. Untuk manusia prasejarah Indonesia diperlukan bantuan ilmu pengetahuan lain seperti ilmu pengetahuan alam, geologi, palaentologi dan sejarah ilmu bantu yang lain.

Periode plestosin berlangsung antara 3 juta sampai dengan kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Dalam masa ini telah terjadi empat kali zaman es atau zaman glasial. Di permulaan zaman kwarter, muncul zaman es pertama suhu bumi turun dan gletser menutupi sebagian besar daratan Asia, akibat banyaknya air laut yang terambil, permukaan laut menjadi turun. Sebagian besar Laut Jawa Kering dan timbullah Paparan Sunda yang menghubungkan kontinen Asia, Malaya, Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

Iklim Indonesia masa ini sebagai daerah tropis, adalah musim kering yang yang menimbulkan padang-padang rumput dan jenis-jenis burung yang berpindah dari daratan Asia. Musim kering ini disusul musim hujan yang membawa akibat munculnya hutan-hutan lebat termasuk di Kalimantan.

Hujan lebat di masa pluvial menyebabkan banyaknya muncul sungai-sungai. Walaupun Paparan Sunda ini kemudian tenggelam kembali. Tetapi penyelidikan fauna air tawar menunjukan bahwa sungai-sungai Kahayan, Barito, Sampit, Sungai-sungai di Lampung, sungai-sungai di Jawa Utara adalah cabang-cabang sungai besar di Laut Jawa yang bermuara di sebelah utara pulau Bali.

Mulai periode glasial I dengan timbulnya Paparan Sunda menjadi jembatan yang memungkinkan terjadinya migrasi manusia dan hewan dari daratan Asia ke Indonesia.

Zaman permulaan plestosin tengah berjalan seiring dengan glasiasi kedua daratan Asia, permukaan air laut turun sedalam 125 meter, sehingga Paparan Sunda ini mencapai luas wilayah yang sangat besar dan kembali wilayah Jawa, Kalimantan dan Sumatera bersatu dengan Malaya dan daratan Asia, kembali terjadi migrasi hewan menyusui pemakan tumbuhan dan binatang buas lainnya, yang kita kenal dengan istilah fauna Sino Melayu, selain makhluk manusia. Setelah ribuan tahun berjalan es mengilang lagi dan lautan kembali memisah pulau-pulau ini.

Di Zaman permulaan plestosin atas berlangsung kembali glasiasi ketiga dari daratan Asia. Kembali Paparan Sunda muncul untuk menjadi jembatan migrasi makhluk manusia dan hewan yang kemudian berakhir kembali ke zaman interglasial untuk disambung kembali dengan zaman glasiasi keempat.

Secara asumsi kita dapat menetapkan bahwa manusia-mansusia tertua di Kalimantan Selatan mungkin sama jenis dan perkembangannya dengan yang di Pulau Jawa, karena:


  1. Selama empat kali zaman es dan timbulnya daratan Paparan Sudan, Kalimantan Selatan dan Jawa menjadi satu daratan yang tidak boleh tidak mungkin mengalami arus migrasi manusia dan hewan-hewan yang sama.
  2. Tergabungnya di daratan Paparan Sunda ini Sungai-sungai Barito, Tabalong dan sungai-sungai Bengawan Solo dan lain-alin sebagai anak sungai besar yang bermuara ke utara pulau Bali, memiliki jenis-jenis ikan air tawar yang sama jenisnya.
  3. Ditemukannya oleh Toer Soetardjo di dasar Riam Kanan di Awang Bangkal kapak peribas (Choppers) dari kerakal kwarsa tahun dan tahun 1939 alat-alat baru oleh H. KUpper juga di Awang Bangkal. Alat-alat ini digolongkan oleh Van Heekeren sebagai unsur budaya kapak perimbas. Di Jawa alat-alat perimbas ini adalah alat manusia purba Pithecathropus. Toer Soetardjo menemukannya tahun 1958.
  4. Banyak terdapat pada masyarakat Kalimantan Selatan alat-alat bantu yang mereka sebut dengan istilah batu petir, tetapi difungsikan sebagai alat-alat "magis". Benda-benda ini kelihatan licin dah halus umpamanya, serta bentuknya seperti beliung/ kapak persegi, menunjukan kepada benda atau artefak-artefak zaman batu muda dari manusia neolitik.
  5. Cerita zaman dahulu bahwa orang-orang Maayan, Ngaju, Lawangan, Bukit Tinggal di betang atau balai, berupa rumah panggung, bertiang tinggi antara 5 - 7 meter, merupakan rumah keluarga besar. Betang-betang yang baru seratus tahun belakangan ini berubah menjadi rumah-rumah dalam bentuk dewasa ini, diperkirakan mulai zaman neolitik, zaman masa bercocok tanam.
  6. Demikia juga dengan keahlian suku Dayak melebur logam dan menggunakan alat pemukul kayu dari batu untuk mendapatkan bahan pakaian, berasan dari zaman prasejarah ini pula.
Dari zaman glasial I sampai dengan yang ke IV, berkali-kali Kalimantan dan ini bukan mustahil, menerima migrasi dari Asia lewat Semenanjung Melayu, Sumatera, Jawa atau dari Cina, Taiwan, Filipina ke Kalimantan.

Selanjutnya empat kali terpisah sebagai pulau dan seterusnya terpisah sampai sekarang. Peng-es-an yang berulang kali mempersatukan wilayah dan kemudian memisahkan lagi, iklim yang berubah-ubah, hutuan-hutan lebat dan ganas sebaga alat seleksi khusus, prioses pigmisasi atau tidak, pembentukan alam sungai dan rawa serta impact terhadap manusia untuk adaptasi lingkungan, isolasi yang cukup lama atau kontak terbuka dengan arus pendatang, selalu membuka kemungkinan hibridisasi yang luas dari segala komponen rasial yang terdapat di Kalimantan Selatan.

Semua ini selalu memberi kemungkinan baik atau kurang bagi terjalinnya faktor perkembangan evolusi manusia sebagai arus gena, efek Sewall wright  dan seleksi alamnya. Kita belum mengetahui secara pasti ilmiah mengenai kepurbaan manusia di Kalimantan Selatan. dengan manusia Homo Sapiens seperti jenis Ot Nyaju, Maanyan, lawangan dan suku-suku Bukit Meratus sampai dengan manusia Banjar. Sampai dimana jauh arug gena Weddoide, Austromelanesoide dan Mongoloide berhibridisasi dalam evolusi kurun pemungilan manusia Kalimantan Selata, merupakan tugas penelitian ilmiah yang berlum terungkapkan jawabannya. Melihat sepintas lalu kepada suku-suku Dayak yang ada sekarang, unsur Mongoloide kelihatan lebih dominan dari unsur Austromenlanesoide.
Demikian mengenai sejarah dan asal usul penghuni pertama di daerah Kalimantan Selatan, semoga bermanfaat. terimakasih.

Sumber: 
Dirangkum dari Buku Sejarah Kalimantan Selatan, Proyek Penelitian dan pencatatan Kebudayan Daerah Depdikbud tahun 1977 

KEBUDAYAAN KOTA CIREBON JAWA BARAT

Indoborneonatural----Cirebon merupakan salah satu wilayah dengan bentuk Kabupaten yang termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang memiliki pusat pemerintahan di Kota Cirebon. Seperti halnya daerah lain yang ada di Indonesia, Cirebon juga memiliki kebudayaannya sendiri yang unik dan berbeda dari daerah di Jawa Barat lainnya. Kesenian, tradisi dan unsur-unsur nilai budaya yang amat luhur sebagai faktor penunjang dalam menyokong pembangunan di wilayah Kota Cirebon. Budaya yang cenderung religius berbaur dengan budaya Keraton yang bernuansa kerajaan sangat khas dan amat menonjol sebagai ciri khas yang amat kental di Kota ini. Kota Cirebon terkenal juga memilki kebudayaan yang sangat melekat yakni perpaduan dari berbagai budaya yang datang serta mempunyai bentuk ciri khas tersendiri. Dapat dilihat dari beberapa pertunjukan yang begitu khas dari masyarakat Cirebon yaitu diantarnya Tarling, Tari Topeng Cirebon, Sintren, Kesenian Gembyung dan Sandiwara Cirebonan.

Kota ini memilki beragam jenis kerajinan tangan antara lain Topeng Cirebon, Lukisan Kaca, bunga Rotan, dan Batik. Batik khas dari Cirebon mempunyai ciri khas tersendiri yang mnugkin tidak akan ditemukan di tempat lain yaitu motif mega mendung, motif ini mempunyai bentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.
Motif mega mendung sendiri diciptakan oleh Pangeran Cakrabuana pada tahun 1452-1479, Pada awalnya seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton, karena batik tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton yang ada di Cirebon. Seiring berkembangnya seni batik di Cirebon, batik motif mega mendungpun mulai banyak digunakan dari berbagai kalangan. Selain itu terdapat juga motif-motif yang disesuaikan dengan ciri khas pesisir.
Kebudayaan di Kota Cirebon memilki potensi yang sangat potensial untuk dikembangkan sehingga dapat diberdayakan menjadi nilai tinggi yang dapat dilestarikan dan juga dapat pula disajikan nilai komoditas pariwisata sebagai daya tarik tersendiri di Kota Cirebon. Beragam kesenian dan tradisi serta unsur-unsur budaya yang luhur bisa dijadikan faktor penunjang dalam menyokong pembangunan di wilayah Kota Cirebon. Budaya yang cenderung religius berbaur dengan budaya keraton yang bernunsa kerajaan sangat khas dan juga sangat menonjol adalah merupakan ciri khas yang sangat kental di Kota Cirebon ini.
( Sumber : pintuwisata.com )

Cari Artikel