CONTOH NASKAH MEMBACAKAN CERITA RAKYAT BERJUDUL SULTAN SURIANSYAH (KALIMANTAN SELATAN)

           

Masjid Sultan Suriansyah Raja Banjar

         Assalamualaikum, Wr. Wb.

          Saya akan bercerita  tentang kisah kerajaan Banjar 

Cerita ini saya baca dari buku seri cerita sejarah yang berjudul ”Sultan Suriansyah”

Yang ditulis oleh R.M. Buya dan diterbitkan PT Sarana Panca Karya Nusa Bandung.  Tahun 2003.

Begini ceritanya.:

         Pada zaman dahulu kala ,berdirilah sebuah kerajaan besar, yang bernama kerajaan Candi Agung. Saat itu kerajaan candi agung diperintah oleh raja yang bernama Sukarama. Raja sukarama sedang  resah dan  sedih, dia memikirkan cucunya yaitu  putra mahkota,   mendadak menghilang.

Semua ikut pusing , semua ikut pening semua ikut mencari.

Pangeran Samudra hilang, pangeran Samudra hilang pangeran Samudra hilang.

           Ditempat yang lain ada seorang anak laki-laki dengan bekal secukupnya dan alat jala sedang mendayung sampannya. Sendirian, dini hari menyusuri sungai Tabalong. Menuju ketepi pantai. Akhirnya setelah berjam jam dipermukaan air sampailah ia kesebuah tempat ,Kuin namanya.

          Ketika itu seorang pembesar Kuin melihatnya, ia merasa tercengang diperhatikannya anak itu baik baik. Setelah anak itu mendekat lalu pembesar Kuin segera berseru.

Patih Masih: hai anak kecil coba kemari sebentar.

Sambil mendayung ketepi anak itupun  bertanya.”Desa apakah ini ?

Pembesar Kuin itupun menjawab.” oh rupanya engkau orang asing. Ini adalah kampung Kuin, Coba kemari dulu.

Lalu kemudian pembesar itu bertanya lagi.”Siapa engkau nak, dengan siap engkau kemari?

Anak kecil itupun menjawab.” Nama saya Mudra Saya adalah anak pencari ikan, tapi kehilangan arah . bapak ini siapa

Dan pembesar kuin itupun menjawab .” Nama saya Masih orang menyebut Patih Masih.

Dan sejak saat itulah  anak tersebut  tinggal bersama patih Masih di Kuin .

        Dikerajaan Candi Agung raja Sukarama sedang jatuh sakit, Pemerintahanpun berpindah ketangan pangeran Mangkubumi, diangkatlah mangkubumi menjadi raja, mendengar pangeran Mangkubumi jadi raja Pangeran Tumenggungpun marah, ia tidak setuju dengan diangkatnya pangeran mangkubumi menjadi raja ,  dia berpendapat bahwa ialah yang berhak menjadi raja.

        Pangeran Tumenggungpun memberontak dan beberapa kali peperangan pecah hingga sampai pada akhirnya pangeran mangkubumi meninggal ditangan saudaranya sendiri pangeran Tumenggung. Setelah Pangeran Mangkubumi wafat Pangeran Tumenggunglah yang memerintah kerajaan Candi Agung.

          Di Kampung Kuin sudah tiga tahun Mudra tinggal bersama Patih Masih . Suatu hari Patih Masih ingat kembali bahwa kerajaan Candi Agung kehilangan seorang putra mahkota yaitu pangeran Samudra. Dan kebetulan pangeran samudra sebaya dengan anak tersebut. Dan diapun berpikir apakah anak tersebut merupakan pangeran Samudra yang sedang dicari cari kerajaan Candi Agung, Patih Masih pun memberanikan diri bertanya kepada mudra  apakah betul ialah pangeran samudra yang sedang dicari cari kerajaan, bak gayung bersambut Mudra mengakui dirinya adfalah pangeran Samudra, sambil bersujud Patih masih memohon maaf kepada pangeran Samudra.”Saya  mohon ampun paduka pangeran karena saya tidak mengetahui bahwa andalah pangeran Samudra . Mendengar pengakuan pangeran Samudra Patih Masihpun segera membangun kerajaan baru di kampung Kuin yang diberi nama kerajaan Bandarmasih inilah  cikal bakal kota Banjarmasin. Rajanya ialah Pangeran Samudra dan maha Patihnya adalah Patih Masih. Tak lama setelah berdirinya kerajaan Bandarmasih berita cepat tersebar keseluruh penjuru dan sampai ketelingan pangeran Tumenggung.

           Mendengar Pangeran Samudra menjadi raja di kerajaan baru Pangeran Tumenggungpun   marah dan menyerang kerajaan Bandarmasih. Beberapa kali peperangan terjadi dan sampai akhirnya Patih masih meminta bantuan kerajaan Demak, dan kerajaan Demakpun menyetujui dengan syarat tertentu salah satunya kalau menang masuk agama Islam. Dan Patih masih setuju dengan syarat tersebut. Dengan bantuan Demak Pangeran Tumenggungpun terdesak  dan meminta perang tanding raja melawan raja.

         Tanpa rasa  takut Pangeran Samudra setuju dengan tantangan pamannya itu. Perang tandingpun segera dimulai  mereka telah berhadap hadapan pangeran Samudra melawan Pamannya Pangeran Tumenggung. Pangeran Samudra yang pertamakali mengeluarkan kerisnya dan keris itupun dilemparkannya ke arah pamannya dan berkata.

.”Paman Tumenggung maafkan saya bukannya lancang. Bagaimanapun engkau adalah pamanku dan paman adalah keluargaku aku tidak ingin menyakiti keluargaku.

       Mendengar teriakan keponakannnya itu Pangeran Tumenggung menangis dan memeluk pangeran Samudra dia terharu pada Pangeran Samudra. Dan pangeran Tumenggungpun menerima kekalahannya. Dan Pangeran samudrapun diangkat menjadi Raja Candi Agung.

       Setelah pangeran diangkat menjadi raja pangeran samudrapun masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan suriansyah.

Setelah Sultan Suriansyah meninggal dunia beliau dimakamkan dikampung Kuin.

Nah teman teman itulah tadi cerita Sultan Suriansyah dalam cerita tersebut dapat kita ambil pelajaran yaitu kebenaran itu selalu menang  dan jangan mengambil sesuatu yang bukan hak kita.

Sampai disini dulu cerita dari saya, salam literasi salam budaya baca buku sebanyak banyaknya.

 

Kota Banjarmasin Baiman bergelar

Kota bersih lagi maju

Kalau kamu ingin jadi pintar

Bacalah buku jendela ilmu

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

7 UPACARA ADAT TRADISIONAL TERUNIK DI INDONESIA

Indonesia adalah negara kepulauan yang memimiliki banyak pulau yang didiami beragam suku sehingga Indonesia menjadi negara yang kaya dengan adat Istiadat yang melahirkan budayaan tradisional unik dan menarik, Indonesia juga mempunyai beragam upacara tradisional yang menarik. Hingga saat ini, banyak dari upacara tradisional tersebut masih dilestarikan di daerah asalnya masing-masing. Bahkan, upacara tersebut juga menjadi ajang wisata budaya bagi banyak turis, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Berikut ini 7 (tujuh) upacara tradisional Indonesia yang unik dan khas yang bisa kita lihat sebagai objek wisata yang menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Tiwah (Kalimantan Tengah)
Upacara Tiwah yaitu prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama Sandung.
Upacara adat Tiwah sering dijadikan objek wisata karena unik dan khas banyak para wisatawan manca negara tertarik pada upacara ini yang hanya dilakukan oleh warga Dayak Kalteng. Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak.

Tabuik (Sumatera Barat)
Upacara yang satu ini sebenarnya lebih berkaitan dengan religi, berdasarkan kepercayaan umat Islam Tapi hanya ditemukan di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Sehingga, menjadi sebuah tradisi yang khas dari daerah tersebut. Upacara Tabuik ini digelar sebagai bentuk peringatan atas kematian anak Nabi Muhammad SAW dalam sebuah perang di zaman Rasulullah dulu. Dilakukan pada Hari Asura setiap tanggal 10 Muharram tahun Hijriah. Beberapa hari sebelum datangnya waktu penyelenggaraan upacara ini, masyarakat akan bergotong royong untuk membuat dua tabuik. Kemudian, pada hari H, kedua tabuik itu di arak menuju laut di Pantai Gondoriah. Satu tabuik diangkat oleh sekitar 40 orang. Di belakangnya, rombongan masyarakat dengan baju tradisional mengiringi, bersamaan dengan para pemain musik tradisional. Lalu, kedua tabuik itupun dilarung ke laut.

Dugderan (Jawa Tengah)
Upacara ini digelar untuk menandai datangnya bulan puasa Ramadhan. Tapi, karena hanya diadakan oleh masyarakat Semarang, maka upacara Dugderan ini pun jadi semacam upacara tradisional. Kata “dugderan” sendiri berasal dari perpaduan bunyi bedug dengan meriam bambu yang memang identik dengan bulan puasa. Upacara ini dilaksanakan tepat sehari sebelum puasa pertama dilaksanakan, mulai dari pagi hingga sore hari menjelang senja. Dalam upacara tradisional Indonesia ini, masyarakat menggelar “warak ngendok”, atau mengarak binatang jadi-jadian yang bertubuh kambing, berkepala naga dan berkulit sisik emas. Binatang rekaan ini dibuat dari kertas warna-warni. Selain itu, juga digelar pasar rakyat, atraksi drumband, pawai pakaian adat tradisional nusantara, hingga penampailan berbagai kesenian khas Kota Semarang, yang digelar selama sepekan sebelumnya.

Ngaben (Bali)
Kegiatan ini merupakan upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu di Bali. Untuk melaksanakan upacara Ngaben ini, keluarga dari jenazah tersebut akan membuat “bade dan lembu” untuk tempat jenazah yang akan dibawa. Tempat tersbeut dibuat dari kayu dengan model yang sangat megah, dibantu oleh masyarakat sekitarnya. Kemudian, jenazah pun di arak, dan terakhir dibakar bersamaan dengan tempat tersebut, dalam sebuah ritual khusyuk.

Rambu Solo dan Mapasilaga Tedong (Sulawesi Selatan)
Rambu Solo juga merupakan upacara kematian, yang  diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun. Keluarga dari orang yang meninggal akan menggelar upacara ini sebagai tanda penghormatan terakhir. Kemudian, jenazahnya akan dibawa ke makam yang terletak di tebing goa, yakni pekuburan Londa. Bersamaan dengan itu, juga dibawa sebuah boneka kayu yang telah dibuat sebelumnya, yang wajahnya sangat mirip dengan orang yang telah meninggal itu. Sedangkan, upacara Mapasilaga Tedong merupakan acara adu kerbau. Selbelumnya, akan diawali dengan parade kerbau, mulai dari jenis kerbau jantan, kerbau albino, hingga kerbau salepo yang memiliki bercak-bercak hitam di punggungnya. Setelah adu kerbau, maka akan dilanjutkan dengan prosesi pemotongan kerbau khas adat Toraja, yang disebut Ma’tinggoro Tedong. Dalam prosesi tersbeut, kerbau harus langsung mati dengan sekali tebas.

Pasola (Nusa Tenggara Barat)
Dalam upacara tradisional Indonesia ini, akan ada dua kelompok yang melakukan “perang-perangan”. Setiap kelompok yang terdiri atas lebih dari 100 pemuda itu “berperang” dengan bersenjatakan tombak dari kayu yang ujungnya tumpul, dan juga mengenakan baju perang dalam adat mereka. Pada bulan Februari atau Maret setiap tahunnya, upacara ini akan digelar untuk menyampaikan doa kepada Tuhan, agar panen mereka pada tahun itu bisa berhasil.

Aruh Bawanang (Kalimantan Selatan)
Aruh bawanang adalah aruh dayak meratus yang merupakan sujud syukur dari hasil panen yang sudah didapat setiap tahunnya..aruh bawanang merupakan aruh pertengahan yang dilaksanakan balai..dalam setiap tahunnya di laksanakan 3 aruh yaitu aruh basambu,bawanang dan aruh ganal. Aruh bawanang, selamatan sesudah panen masyarakat Dayak Meratus. Ritual Aruh Bawanang adalah sebuah kebudayaan unik yang hanya ada pada masyarakat Dayak Meratus. Penyelangaraan upacara Aruh Bawanang bagi masyarakat di Balai Malaris ini mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai kepercayaan Kaharingan. Diantaranya, mensyukuri nikmat tuhan yang telah memberikan anugerahNya, terutama terhadap keberhasilan panen mereka. Juga atas keadaan masyarakat desa yang tenteram dan tidak dilanda bencana, sehingga mereka dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan upacara atau aruh tersebut.

Demikian tentang 7 Kebudayaan unik dan menarik di tanah air kita di Indonesia, yang harus kita lestarikan sebagai khasanah kekayaan budaya bangsa kita. Semoga Artikel ini bermanfaat. Terimakasih.

GAMBAR DAN FOTO MASKOT BEKANTAN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

Di Banjarmasin, tepatnya di jalan Piere Tendean diseberang siring sungai maratapura dan menara pandangnya. Sejak tahun 2015 ini telah dibangun sebuah patung maskot yang mengambil model dari binatang khas Kalsel yaitu Monyet Bekantan atau nama Ilmiahnya Nasalis Larvatus.  

Bagi anda yang ingin melihat-lihat patung maskot Bekantan Banjarmasin ini, tetapi masih belum berkesempatan untuk berkunjung ke sana. Berikut ini dapat dilihat beberapa foto dan gambar maskot tersebut.




Baca juga Asal Usul Monyet Bekantan (Nasalis Larvatus) di sini !!

Cari Artikel