MENGENAL JENIS DAN MACAM-MACAM MOTIF SASIRANGAN BESERTA MAKNANYA

Indoborneonatural----Sasirangan merupakan seni membatik khas dari daerah Kalimantan Selatan, merupakan salah satu khasanah budaya bangsa di Nusantara ini. Seni membatik kain Sasirangan sudah sejak lama dilakoni masyarakat Banjar Kalsel, yang melahirkan seni membatik dengan motif asli khas Banjar yang keindahan dan kecantikannya sudah diakui hingga keluar negeri.  Motif kain sasirangan sendiri sangat banyak sekali macam dan ragamnya, dan tiap motif bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya masyarakat Banjar yang memiliki kandungan makna dan melambangkan pada sesuatu benda atau pekerjaan.

Kain Sasirangan umumnya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan pada acara-acara adat suku Banjar. Kata sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur, karena dikerjakan dengan cara menjelujur kemudian diikat dengan tali raffia dan selanjutnya dicelup, hingga kini sasirangan masih dibuat secara manual.Menurut sejarahnya, Sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Awalnya sasirangan dikenal sebagai kain untuk “batatamba” ataupenyembuhan orang sakit yang harus dipesan khusus terlebih dahulu (pamintaan) sehingga pembutan kain sasirangan seringkali mengikuti kehendak pemesannya. Oleh karena itu, Urang Banjar seringkali menyebut sasirangan kain pamintaan yang artinya permintaan. Selain untuk kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini juga merupakan kain sakral, yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat.Pada zaman dahulu kala kain sasirangan diberi warna sesuai dengan tujuan pembuatannya, yakni sebagai sarana pelengkap dalam terapi pengobatan suatu jenis penyakit tertentu yang diderita oleh seseorang.


Dewasa ini, dalam perkembangannya motif Sasirangan semakin beragam, sudah banyak yang mengkombinasikan hingga melahirkan varian baru yang dianggap sesuai dengan perkembangan jaman sekarang, walaupun tidak meninggalkan pakem aslinya dari latar budaya dan sosial kehidupan dan lingkungan masyarakat banjar Kalimantan Selatan.

Orientasi pemberian nama motif Sasirangan dapat digolongkan kepada hal-hal atau aspek seperti benda-benda alami yang ada disekitar atau juga sesuatu yang kuat pengaruhnya. Bila ditelaah lebih jauh, nama-nama yang ada asal-usulnya diambil dari nama unsur dalam alam :
a) Benda angkasa      :  Bintang
b) Hewan                   :   Naga, Serangga (halilipan)
c) Tumbuhan              :   Pudak, Kangkung, kacang, kulat, manggis, kembang sepatu
d) Air                          :   laut, ombak, gelombang.

Penjelasan secara ringkas dan umum dari macam-macam motif Sasirangan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Benda Angkasa

    Bintang Bahambur
     Jauh sebelum dunia modern mengenal astronomi, manusia purba sudah jeli dalam memanfaatkan segala gejala alam. Perilaku alam diamati secara empirik. Penampakan sebuah bintang dapat dijadikan patokan dalam pelayaran atau juga ada pengaruh tertentu terhadap musim dan juga penghuni bumi. Bintang-bintang adalah sekumpulan pelanet yang dapat dilihat malam hari di situasi langit sedanga cerah. Pantulan cahaya yang lembut berlatar kegelapan malam dapat diartikan suasana tenang, laut tak perprahara, daratan taka akan diterpa hujan dan badai.
    Bintang-gemintang yang bertebaran di angkasa dalam Bahasa Banjar disebut bintang bahambur* adalah pelambang kehidupan yang penuh kehidupan yang penuh kedamaian. Di samping itu bintang adalah benda angkasa yang tinggi dan jauh letaknya di tata ruang cakrawala. Dalam hal demikian bitnang gemintang adalah pelambangan cita-cita luhur dari tingkat kesempurnaan kehidupan manusia yang akan dicapai melalui budaya kerja. Secara filsafah, maknawi bintang gemintang menyisipkan arti adalah zat yang Maha Kuasa yang disebut Tuhan yang kuasa-Nya meliputi alam semesta. Dengan demikian bintang* bahabur* mengandung filsafah, pengakuan akan adanya Tuhan Maha Pencipta, perlambangan cita-cita luhur, kelembutan dan kedamaian.

b. Hewan 

1) Naga Balibur
     Mitologi tentang binatang Naga banyak dikenal di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan. Dongeng-dongeng lama meriwayatkan bahwa binatang sejenis ular besar yang dinamakan Naga, yaitu makhluk penghuni perairan yang dalam. Binatang yang kepalanya bersungkur lekat seperti mahkota adalah perlambangan kekuatan fisik, penguasa alam bahwa Kumala (Kemala) berupa biji permata bertuah adalah azimat yang ampuh melindungi diri dari setiap pengganggu. Kumala bercahaya menyilaukan, sewaktu-waktu oleh pemiliknya dapat diubah menjadi semprotan api yang menghanguskan musuh penyerang.
     Naga Balimbur dapat diartikan sebagai seekor binatang naga yang berenang antara timbul dan tenggelam di suatu perairan yang luas dan dalam. Balimbur* yang terdiri dari akar kata limbur* artinya basah atau mandi, basah-basahan, membasuh diri untuk meraih kesucian. Berlimbur diartikan berenang-renang tanda kesukacita. Dalam hal demikian motif naga balimbur adalam lambang pensucian diri, kembali kepada fitrah dan suka cita menerima kenyataan hidup. naga balimbur adalah lambang kesucian, keberanian da keperkasaan diri serta kekar dalam menghadapi tantangan serta optimis (Penggembira) dalam menyikapi setiap dinamika kehidupan.
     Motif Naga Balimbur diperkirakan banyak dipakai di kalangan petinggi istana khususnya golongan kesatria.

2) Ular Lidi
     Motif sasirangan Ular Lidi diambil dari dongeng orang Banjar dan dianggap sebagai simbol kecerdikan. Hal ini dikarenakan karena ular lidi yang kecil dan gagah tersebut cerdik tapi juga berbisa. Bentuk motif ini mirip hiris pudak, berganda dan tidak patah-patah, akan tetapi melengkung vertikal serta bervariasi.

3) Gigi Haruan
     Motif sasirangan Gigi Haruan diambil dari ikan yang merupakan makanan kegemaran orang Banjar yaitu Iwak Haruan atau Ikan Gabus. Ikan haruan berwarna hitam dengan gigi-gigi runcing dan tajam. Makna Motif dari gigi haruan tersebutlah diambil filosofi kehidupan yang bermakna ketajaman berpikir.

c. Tumbuhan

Interaksi manusia dengan lingkungan tersirat juga terhadap pemakaian nama, gambar sebagai tumbuhan, pemakaian nama tersebut didasari kehendak emosional dan fisik dalam hubungannya berbagai jenis tumbuhan dan dikonsumsi untuk pendukung kehidupan manusia sehari-hari. Motif dengan aspek tumbuhan yang digunakan dalam Sasirangan mengambil simbol bentuk dari tumbuhan-tumbuhan antara lain;

1) Bayam Raja

Gambar Pola Motif Sasirangan: Bayam Raja

Bayam diketahui memiliki kandungan vitamin tertentu dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan daya tahan seseorang. Beberapa jenis bayam yang dikenali seperti bayam putih, bayam habang (maksudnya batangnya berwarna merah) dan ada sejenis bayam yang baik batang dan daunnya lebih besar (lebar) yang disebut bayam raja, banyak dikonsumsi masyarakat di Kalimantan Selatan khususnya.

2) Turun Dayang*
  
Gambar Pola Motif Sasirangan: Turun Dayang

Turun dayang adalah sejenis tumbuhan dari keluarga Anggrek. tumbuhan tersebut bentuk daunnya kecil-kecil yang lekat pada jurai-jurai yang panjang. Dari kejauhan dapat dilihat seperti bentuk rambut perawan yang ikal mayang, terurai memanjang. Tumbuhan ini tidak berbunga dan hidup menempel di bukit-bukit bercadas yang sulit dijangkau. Motif Turun Dayang dipakai diantara para dayang istana kerajaan jaman dahului pada saat pesta atau upacara tertentu saja.

3) Daun jaruju

Gambar Pola Motif Sasirangan: Daun Jaruju

Jaruju adalah tumbuhan rawa, batannya berduri. Ujung daunnya runcing lengkap dengan tulang daun di bagian tengahnya, helai daun berbentuk artistic, berhias beberapa sudut yang juga meruncing, melambangkan makna selemah apapun penampilan tetap saja mempunyai makna. Baga masyarakat Kalsel Motif sasirangan daun jaruju bermakna sebagai simbol penolak bala. Makna Motif Daun Jaruju juga adalah perlambangan kesejatian diri pemakainya yang menyimpan makna penuh kearifan.


4) Kambang Kacang

Gambar Pola Motif Sasirangan: Kambang Kacang

Kacang panjang adalah sejenis sayuran, batangnya menjalar ke tiang penyangga. sebagai tumpu tegak ketanaman. tangkai-tangkai daun yang di awal-awalnya polos tanpa helai daun, atau kelatangkai-tangkai tempat bergantung buah sebelum merambat senantiasa bertumbuh ke atas. Bunga-bunga bermunculan di sela ketiak daun. Penampilang Kambang* Kacang* (bunga kacang) yang tidak saja terlihat indah untuk dipandang mata, juga ada makna janji yang dikandungnya. Penampilan yang demikian melambangkan kesederhanaan tapi penuh kepastian.

5) Kulat karikit*

Gambar Pola Motif Sasirangan: Kulat karikit

Kulat* sama dengan jamur atau cendawa. Kulat Karikit adalah nama lokal yang diberikan masyarakat Banjar terhadap tumbuhan jenis cendawa yang tumbuh di musim hujan pada batang pohon karena yang besar yang telah lama tumbuh di hutan. Cendawa tersebut berwarna putih kusam, bentuknya besar sebesar mata uang logam. OLeh penduduk, kulat karikit dimanfaatkan sebagai sayur lauk makan. Makananya adalah penampilan sederhana, hadir tidak setiap waktu namun mendatangkan manfaat bagi makhluk lainnya.

6) Jajumputan*

Gambar Pola Motif Sasirangan: Jajumputan

Jajumputan adalah Bahasa Banjardari kata dasar jumput yang artinya pungut (mengambil) mendapat awalan ja* dan akhiran an. Ja-jumput-an* dapat diartikan sesuatu yang dijumput, diambil dipungut untuk diwawa agar tangan tidak kosong. Atau dapat diartikan juga sebagai sesuatu barang yang sengaja dibawa, digenggam dengan tangan sebagai penambah wibawa penampilan. Barang dimaksud (dijumput) bisa berupa bunga, kembang ataupun barang lainnya.

7) Tampuk Manggis

Gambar Pola Motif Sasirangan: Tampuk Manggis


Hampir semua orang di Indonesia mengenal yang namanya buah manggis, buah yang berwarna merah tua gelap bila sudah masak. Di bagian bawahnya ada segi-segi tertentu yang mengisyaratkan pagu atau ruang tempat biji yang menjadi kandungannya. Buah yang manis ini banyak disukai orang. Di tampuk (bagian atas) buah ini terdapat tangkai buah dengan hiasan helai-helai pelindung buah.Motif tampuk manggis sebenarnya lebih mengacu pada helai pelindung buah yang terdiri dari laima sudut tumbul yang melekat menyatu dengan tangkai buah. Susunan simetris . Warnanya yang agak muda dan kebanyakan sangat kontras dengan warna buahnya yang berwarna gelap.  Ketika Anda membuka buah manggis, Anda akan melihat jika jumlah tampuk dan isi buah adalah sama. Jika tampuk manggis ada lima, maka bisa dipastikan isi buah adalah lima. Tidak kurang ataupun lebih. Filosofi motif sasirangan tampuk manggis adalah kejujuran. Apa yang diucapkan sama dengan apa yang ada di dalam hati. Artistika yang demikian selanjutnya oleh pengrajin sasirangan dijadikan motif lukis yang tampil indah dan sangat menarik. Makna dan perlambangannya adalah adanya keserasian dalam bentuk dan susunan walaupun berbeda tetapi nyata-nyata adanya.


8) Kangkung Ka-umbakan


Gambar Pola Motif Sasirangan: Kangkung Ka-umbakan*

Kangkung kaumbakan merupakan bahasa banjar yang dapat diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai tubuhan kangkung yang sedang digoyang ombak. Biasanya tumbuhan kangkung yang tumbuh dipinggir-pinggir sungai akan bergoyang-goyang karena terkena ombak atau gelombang air karena adanya kapal perahu yang lewat meninggalkan ombak kecilnya. Kangkung sendiri adalah rumbuhan air rawa dan sungai yang terbanyak ditemukan di bagian Barat daerah Kalimantan Selatan, merupakan ruang mata kehidupan tumbuhan ini. kangkung sebagai sayur sangat dikenali oleh berbagai kalangan. Penderita sulit tidur (insomnia) dianjurkan makan sayur kangkung dalam jumlah berlebih. Tapi pucuk kangkung diwaspadai dapat menimbulkan mencret bila terlalu banyak dikonsumsi sendirian. Kangkung yang bunganya berwarna ungu, tumbuhhnya menjalar dan terapung diatas air. Batang yang terdiri dari pembuluh kosong udara membuat tumbuhan ini mengapung ddi atas permukaan air. Air yang sungai berombak akan melenggang-lenggokan kangkung di atasnya, membuat hati tersentuh mengiringi lembutnya gerakan tarian dari alam ini.    Motif sasirang Kangkung kaumbakan* mengandung makna kehidupan yang merupakan perjalanan hidup umat manusia yang elastis fana dalam menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup, memiliki penyesuaian diri dalam keadaan yang mampu seirama, serasi dan selaras dengan goncangan kehidupan dan tantangannya, untuk mengantar seorang manusia pada keselamatan dan kedamaian di dunia ini.

d. Air

     Air atau banyu demikian orang banjar Kalimantan Selatan menyebutnya, adalah salah satu unsur kehidupan yang sangat penting. Pada jaman dulu sungai sebagai jalur transportasi aktifitas masyarakat Banjar. Demikian juga sentra pemukiman penduduk tidak beberapa jauh dari air (pantai, kuala, sungai, rawa gambut dan danau). Budaya Banjar sendiri awalnya adalah Budaya air/sungai. Maksudnya karena semua kegiatan kehidupan masyarakat tidak terlepas dari air dan sungai di lingkungannya (batang banyu* istilah lokal Banjar orang menyebutnya untuk sungai). Sungai dan danau ada riak-riaknya, kuala dan laut diperkaya dengan ombak dan gelombang. Delta dan karang adalah bagian yang sangat lekat dihati jika membicarakan air di laut. Sudah menjadi adatnya alam pula bila batu karang setiap saat dihajar gelombang atau setiap waktu digampar ombak dan sentakan serpihan riak. Makna kata Ombak Sinampur karang dijadikan salah satu motif sasirangan. Nama tersebut merupakan hasil pencermatan dan kepedulian masyarakat akan lingkungannya. Motif ini diperumpamakan sebagai ayunan gelombang lautan. Ombak adalah lambang dinamika kehidupan umat manusia setiap saat ada denyut, ada gerak, ada kreativitas dan ada aktivitas. Karang adalah lambang kekuatan, ke tangguhhan dan daya tahan manusia itu sendiri. Hidup yang oleh pertumbuhan, perkembangan dan dinamika nya kadang tak sunyi dari benturan, hempasan, harapan, kekecewaan dan kegagalan harus disikapi sebagai wujud batu karang yang tangguh menerima berbagai serangan dan tangan serta gempuran.

Arti Warna Sasisangan :

  1. Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa)
  2. Kain sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia)
  3. Kain sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke)
  4. Kain sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal
  5. Kain sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri, dan kolera)
  6. Kain sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress)
  7. Dahulu kala kain sasirangan diberi warna dengan zat pewarna yang dibuat dari bahan-bahan yang bersifat alami, yakni dibuat dari biji, buah, daun, kulit, atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan atau sengaja ditanam di sekitar tempat tinggal para pembuat kain sasirangan itu sendiri.



Ada 6 warna utama kain sasirangan yang dibuat dari zat pewarna alami dimaksud, yakni:

  1. Kuning, bahan pembuatnya adalah kunyit atau temulawak.
  2. Merah, bahan pembuatnya adalah gambir, buah mengkudu, lombok merah, atau kesumba (sonokeling, pen)
  3. Hijau, bahan pembuatnya adalah daun pudak atau jahe
  4. Hitam, bahan pembuatnya adalah kabuau atau uar
  5. Ungu, bahan pembuatnya adalah biji buah gandaria (bahasa Banjar Ramania, pen)
  6. Coklat, bahan pembuatnya adalah uar atau kulit buah rambutan
  7. Supaya warnanya menjadi lebih tua, lebih muda, dan supaya tahan lama (tidak mudah pudar), bahan pewarna di atas kemudian dicampur dengan rempah-rempah lain seperti garam, jintan, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, kapur, tawas, cuka, atau terusi.

Bonus;

Menentukan warna benang;

Dalam kegiatan menjahit dan membordir kain sasirangan, Bahan yang utama selain yang akan dibordir adalah benang. Agar bordiran yang kita buat kelihatan menarik maka gunakan warna benang yang kontras dari warna kain serta warna pada motif sasisrangan. Seghingga kain sasirangan yang dimodifikasi dengan sulaman atau bordiran akan kelihatan semakin cantik, menawan, mewah dan anggun sesuai dengan motif dan makna yang dikandungnya dalam pilihan tema motif sasirang tersebut.


RESEP KULINER TRADISIONAL NASI UDUK BETAWI

Nasi uduk Betawi dapat di buat dengan langkah dan cara-cara di bawah ini. 

Bahan yang dibutuhkan :
  • 400 gram beras 
  • 625 cc santan dari 1/2 butir kelapa parut
  • 1/2 sendok teh ketumbar bubuk
  • 1/2 batang serai, dimemarkan
  • 1 lembar daun salam
  • 1 lembar daun pandan
  • garam secukupnya.

MENGENAL KAIN SASIRANGAN KHAS KALIMANTAN SELATAN

Kain sasirangan adalah kain batik khas kalimantan selatan dengan motif khas daerah ini. Menurut sejarahnya kain sasirangan pertamakali dibuat pada abad ke-12, dihikayatkan awalnya dibuat saat Kerajaan Banjar yang ada di Kalimantan Selatan masih berdiri megah dan Patih lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas sebuah rakit. Ketika tapanya sudah hampir berakhir, rakit yang menjadi tempat bertapa patih lambung mangkurat tiba di sebuah daerah yang bernama Rantau atau kota Bagantung. Ditempat itu ia melihat buih disungai yang mengeluarkan suara seorang perempuan, yang kemudian dikenal penjelmaan seorang wanita yang di beri nama Putri Junjung Buih. Perempuan tersebut berjanji akan memuncul ke permukaan jika syarat-syarat yang dimintanya dipenuhi. Syarat-syarat itu adalah  Patih Lambung Mangkurat harus menyediakan sebuah istana dan kain tenun dengan motif padi waringin yang diselesaikan dalam semalam. Kain tersebut merupakan kain calapan (celupan/rendaman) yang saat ini dikenal dengan kain sasirangan.

RESEP KULINER BUBUR MANADO (TINOTUAN)

Jalan-jalan ke Manado jangan lupa mencicipi bubur khas Manado yang di sebut Tinotuan. Berikut cara membuat bubur Manado ini :

Bahan yang dibutuhkan :
  • 500 gr. beras, cuci dan tiriskan 
  • Air secukupnya
  • 4 sendok garam
  • 100 gram daun melinjo muda
  • 100 gram daun bayam,cuci bersih
  • 100 gram daun kangkung, cuci bersih
  • 200 gram ubi jalar, potong
  • 300 gram labu kuning, potong
  • 2 buah jagung, sisir dari tongkolnya
  • 2 ikat kacang panjang, petik 2 cm
  • 50 gram daun kemangi
  • Seperempat sendok teh garam atau menurut selera

SEKILAS TENTANG PROLOG PENYEBAB SEJARAH PERANG BANJAR

Indoborneonatural----Perang banjar adalah salah satu cetusan di dalam rangkaian perlawanan bersenjata bangsa Indonesia menolak penjajahan. Ia menjadikan satu mata rantai sejarah perang kemerdekaan terutama di dalam abad ke 19 itu, seperti di Palembang pada tahun 1819 sampai tahun 1822; di Minangkabau (Perang Padri) yang pecah pada tahun 1821; perang  Diponegoro (1825 - 1830); perang Bali (1846 - 1849); pertempuran di Montrado (1854); Perang Aceh (1873 - 1899) dll.


Seperti dimaklumi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah, telah meletus sejak kedatangan bangsa Asing di Indonesia. Bangsa Asing itu bertujuan mula-mula melakukan perdagangan, ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, tetapi kemudian ingin menancapkan kuku penjajahan. Disamping itu mereka juga mencoba menyebarkan  agama yang mereka peluk 

Bangsa Portugis yang datang diakhir abad ke 16 telah mulai mencoba menanamkan kekuasaan di Sumatera, Jawa dan Kalimantan, tetapi tidak berhasil. Ia hanya berhasil mendapatkan kedudukan di Halmahera dan pulau-pulau kecil di sekelilingnya dan dapat memaksakan hak monopoli di dalam perdagangan rempah-rempah kepada Sultan Tenate dan merebut kesempatan mengembangkan agama Kristen di Banda dan Ambon di bawah pimpinan pendeta Xaverius.


Pada akhir abad ke 16 itu datang bangsa Sepanyol, Inggeris dan Belanda yang tertarik terutama oleh perdagangan rempah-rempah dan hasil-hasil kekayaan Indonesia. Antara bangsa-bangsa yang datang ini timbul persaingan dan kadang-kadang memuncak menjadi pertempuran antara mereka.

Belanda mula-mula datang di Indonesia padatahun 1596 dengan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan De Keyzer yang menjadi milik Compagnie van Verre. Baru saja mereka berlabuh di Banten, telah terbit pencederaan dengan rakyat Banten dan dengan bangsa Portugis. Ia terus bertualang dipelabuhan-pelabuhan di Jawa dan akhirnya kembali ke Negeri belanda dengan memuat hasil-hasil bumi Indonesia. Walaupun ketika berangkat dengan 4 buah kapal beranak buah 249 orang, dan tiba kembali kenegeri Belanda pada bulan Agustus 1957 dengan anak buah bersisa 89 orang, namun mereka disambut di negaranya sebagai pahlawan. Karena yang penting bagi belanda jalan ke Indonesia telah ditemukan.

Sejak itu mulailah membanjir kapal-kapal Belanda ke Indonesia. Dan pada awal abad ke 17, Belanda telah mulai mendirikan kantor-kantor dagang Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) di daerah Banjar.


Pertikaian pertama antara Rakyat di pimpin Sultan Banjar (Sultan Suriansyah) disatu pihak dan Belanda dilain pihak, telah terjadi pada tanggal 14 Februari 1606 dengan terbunuh mati nakhkoda kapal Belanda ( Gillis Michielszoon ) di Banjarmasin. Dalam rangka pembalasan dan pamer kekuatan (show of force), beberapa kapal Belanda pada tahun 1612 secara tiba-tiba telah menyerang dengan melakukan perusakan dan pembakaran didaerah Banjar. Pusat pemerintahan terpaksa sementara berpindah ke Telok Selong.

Di sekitar tahu 1623 ibukota kerajaan Banjar dipindahkan kedaerah Martapura, yang mula-mula lebih terkenal dengan sebutan Kayu Tangi atau Bumi Selamat.

Pertikaian bersenjata memuncak lagi, ketika di dalam tahun 1638 selain telah dipanah mati seorang Assiten Belanda di Banjar - Anyar, juga telah mati terbunuh di dalam suatu pertempuran 64 orang bangsa Belanda. Sebagai pembalasan atas kematian itu, Belanda mengirim kapal Delft dan De serpant menuju Banjarmasin dan Kotawaringin. Mereka melakukan pembunuhan-pembunuhan dengan penganiayaan-penganiayaan kejam sesuai dengan instruksi dari Batavia, yaitu membunuh dan menyiksa tanpa perbedaan laki-laki, perempuan, anak-anak dengan memotong hidung, telinga, tangan kanan, kaki kiri, mencungkil mata kanan, memotong sebagian lidah, memotong kelamin dan merampas segala harta benda. Kapal De Serpant telah melakukan pembunuhan dengan penganiayaan kejam itu atas 27 orang di Martapura yang kemudian para korban dikirim ke Martapura. Kekejaman ini tidak mudah dilupakan orang orang Martapura dan ia dianggap tantangan (challenge, uitdaging) oleh Rakyat Banjar telah dapat pula melakukan pembalasan menewaskan saudagar Belanda beserta 40 orang anak buahnya.


Belanda pada ketika itu sangat marah dan memrintahkan kekejaman selain dari apa memblokade seluruh pantai juga "hatzij in de furie of met koelen bloede" membunuh setiap orang Martapura dan Kotawaringin.

Barulah di dalam tahun 1660 atas permintaan Kompeni (V.O.C) sendiri, diadakan persetujuan (Accoord), yang oleh pihak Belanda sendiri diakui suatu perjanjian bagi bangsa Belanda kurang terhormat (weinig eer aandeed).

Demikianlah sejak tahun 1660 sampai akhir abad ke 18, walaupun telah ada perjanjian-perjanjian namun di banua banjar tidak pernah sunyi dan selalu terdengar dentuman senjata dan raungan kematian dari pertempuran di tanah banjar.   

Di dalam tahun 1787, Kompeni Belanda dibawah pimpinan Resident walbeck secara licik melancarkan lagi politik "divide et impera" nya politik memecah belah dan menguasai . Dengan mempergunakan suasana kekalutan pertikaian keluarga di dalam kerajaan Banjar dan mengorbankan pertetangan antar suku. Belanda berhasil memancing di air keruh. Memanfaatkan kisruh suksesi di lingkungan kerajaan banjar.

Setelah sultan Tahmidillah (Pangeran Mohammad) meninggal pada tahun 1785, maka terjadi sengketa takhta kerajaan. Pangeran Nata, Wali sementara dari anak-anak raja (Pangeran Rakhmat, Pangeran Abdullah dan Pengeran Amir) ingim berahan memerintah. Sebagai keturunan Sultan Sepuh, ia merasa berhak pula menjadi raja. Wasiat raja menghendaki anak yang kedua bernama Pangeran Abdullah supaya dinobatkan. Disamping ini Pangeran Suria (saudara Pangeran Nata) berusaha pula menjadi raja.

Pangeran Rakhmat dan Pangeran Abdullah tewas, Pangeran Surya  terusir keluar dari daerah, sedangkan Pangeran Amir mencari bantuan Raja Pagatan hendak mengepung Martapura. Pangeran Nata yang menobatkan diri bergelar Sultan Sulaiman Saidullah, yang kadang-kadang juga disebut Sultan Tahmidillah II, berusaha meminta bantuan pihak Belanda. Pihak Belanda menambah memupuk perpecahan sambil menakut-nakuti bahwa tentara Raja Pagatan, Pasir dan Pulau Laut akan datang menyerang besar-besaran. Sebenarnya Pangeran Amir telah membatalkan niatnya melakukan serangan besar-besaran itu demi menghindari pertumpahan darah antar-keluarga dan tidak ingin mengorbankan rakyat banyak. Beliau segan berperang dihadapkan dengan anakndanya sendiri pangeran Masahat.

Penjajahan Belanda dengan penggergotan kedaulatan kerajaan Banjar dirasakan semakin pedih benar, terlebih ketika didalam tahun 1852 Pemerintah Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai Raja Muda "troonopvolger" yang merangkap Mangku Bumi "rijksberstierder" Pengangkatan ini sangat bertentangan dengan adat turun temdurun kerajaan. Jika mengikuti adat-istiadat itu, maka Pengeran Hidayatullah yang semestinya berhak menjad Raja Muda "Putera Mahkota".

Pangeran Hidayatullah

Sultan Adam dan Rakyat semula telah bermufakat berusaha ke arah penobatan Pangeran Hidayatullah sebagai Raja Muda. Selain beliau dianggap paling berhak, juga dianggap paling berbakat dan berwatak untuk menduduki kedudukan yang tertinggi itu. W.A. Van Rees Sendiri melukiskan dalam bahasa Belanda yang terjemahannya sebagai berikut :
"Menurut adat, yakni norma-norma hukum yang umum dimana-mana, penggantian Raja berdasarkan garis keturunan yang lurus; tidak ada orang lain yang berhak dapat menjadi pengganti Raja selain Hidayatullah.

Sumber: Di rangkum dari Buku Perang Banjar oleh H.G. Mansyur. S.H. 1979 

MINUMAN BAJIGUR

Membuat Bajigur
Resep kuliner kali ini kita akan membuat sebuah minuman yang sudah cukup populer di seluruh tanah air, yaitu Bajigur, minuman segar yang sangat enak dinikmati panas-panas ini sebagai minuman yang ditemani ubi rebus, pisang rebus atau kacang rebus. Berikut cara membuat minuman bajigur ini:

Bahan yang dibutuhkan :
  • 5 sendok teh kopi
  • 1/4 sendok teh garam
  • 125 cc sirup gula jawa
  • 750 cc santan dari 1/2 butir kelapa
  • 1 bungkus vanila
  • 150 gram buah atep (kolang kaling), di cuci bersih lalu diiris tipis memanjang, direbus hingga matang.
Cara Membuatnya :
  1. Campurkan kopi, garam, gula jawa dan santan, lalu aduk rata
  2. Kemudian masak campuran ini sambil diaduk-aduk sampai mendidih dengan api sedang
  3. Tambahkan vanili
  4. Masukan irisan buah atep yang  sudah lunak dan matang. Aduk rata.
  5. Angkat dan hidaangkan panas-panas dalam cangkir/ gelas dengan pisang rebus atau kacang rebus.

RESEP MASAKAN KULINER - NASI KRAWU - GERSIK

Kita mengenal nasi krawu dari beberapa daerah di Nusantara, kali ini ada yang khas dari nasi Krawu ini dengan Nasi Krawu khas Gresik yang agak berbeda dengan Nasi Krawu kebanyakan. Seperti berikut ini :

Bahan yang dibutuhkan :

2 Lembar daun jeruk
1/4 butir kelapa setengah tua, di parut, sangria
1 batang serai. memarkan
12 lembar daun salam
1 sendok teh garam
500 ml air
500 gr daging sapi, potong melebar 1 cm, searah memanjang serat.

MASAKAN KULINER - OBLOK-OBLOK BANDUNG

Masakan Khas Bandung, kuliner Bandung, Oblok-oblok Bandung
Jika jalan-jalan ke Bandung, sempatkan sekali-kali menikmati hidangan nikmat khas bandung yang dikenal dengan nama Oblok-oblok Bandung.  Makanan ini sangat cocok untuk di nikmati bersama dinginnya kota Bandung. Penulis sendiri pertama kali menikmati masakan ini ketika berada di Bandung Tepatnya di Daerah Jaya Giri, kemudian di lembang Bandung  yang terkenal sangat sejuk dan dingin.

PENGERTIAN CIRI-CIRI MASYARAKAT TRADISIONAL

Jualan buah, musim buah
Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang secara etimologis istilah ini berasal dari kata latin "traditum" yang artinya diteruskan (transmitted) dari masa lalu ke masa sekarang. Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang menjunjung tinggi leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya. Pada umumnya masyarakat tradisional adalam masyarakat yang memiliki pandangan bahwa melaksanakan warisan nenek moyangnya yang berupa nilai-nilai hidup, norma, harapan, cita-cita, merupakan kewajiban, kebutuhan, dan kebanggaan. Melaksanakan tradisi leluhur berarti menjaga keharmonisan masyarakat, namun sebaliknya melanggar tradisi berarti dapat merusak keharmonisan masyarakat.

Cari Artikel