ASAL USUL NAMA 'KUIN' DI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN


Indoborneonatural--Kuin atau kampung kuin yang ada di wilayah kota Banjarmasin Kalimantan Selatan adalah sebuah kawasan permukiman di pinggiran Kota Banjarmasin yang dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Kuin, yakni sungai yang menghubungkan sungai terbesar pertama; sungai Barito dengan sungai terbesar kedua; sungai Martapura.

Dulunya sepanjang sungai Kuin ini adalah kawasan Kuin. Dengan adanya sistem pemerintahan dari zaman Hindia Belanda, pendudukan Jepang dan Republik Indonesia, maka yang disebut kawasan Kuin adalah meliputi kampung-kampung, seperti Kampung Kuin Utara, Kampung Kuin Selatan, Kampung Kuin Cerucuk, Kampung Pangeran, Kampung Sungai Miai, Kampung Antasan Kecil Timur, dan Kampung Antasan Kecil Barat.

Lokasi kawasan Kuin saat ini secara administrasi terletak di Kecamatan Banjarmasin Utara, membentang mulai ujung/pertemuan sungai Alalak hingga sungai Pangeran, sedang sungai Kuin dipandang sebagai alur utama lalu lintas kawasan Kuin yang menghubungkan beberapa sungai diwilayah Kota Madya Banjarmasin dan sebagian Kabuparen Barito Kuala


Asal Nama Kuin


Kuin (dahulu Cohin/Kween/Kuwin) atau Banjar Lama adalah wilayah sepanjang daerah aliran sungai Kuin di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1500, Kuin merupakan sebuah kampung yang dipimpin seorang kepala kampung yang bergelar Patih Kuin. Pada masa Sultan Tamjidullah I (1734-1759) yang berkedudukan di Martapura, daerah Kuin merupakan sebuah kademangan yang dipimpin oleh Kiai Demang Astungkara. (wikipedia)


Ada dua pendapat mengenai asal nama Kuin atau Kuwen. Pendapat pertama mengatakan bahwa Kuin berasal kata kuyin dalam bahasa Ngaju (nij) yaitu nama sejenis buah (A. Gazali Usman, 1994:78). Pendapat kedua mengatakan bahawa Kuin berasal dari kata "river Queen" sebutan yang yang dipakai oleh bangsa Belanda atau Inggris yang mulai datang ke daerah ini tahun 1607.

Muara Kuin atau tepatnya Kampung Kuin di Kelurahan Kuin Utara sekarang, merupakan wilayah bersejarah. Pada awal masa berdirinya, kota Banjarmasin memang bermula di Kampung Kuin; sebuah bandar orang-orang Melayu yang didirikan Patih Masih pada permulaan Abad 15. Kampung Kuin, Sungai Kuin dan daerah-daerah disekitarnya menjadi tempat aktivitas masyarakat dan kawula Kerajaan Banjar yang ramai di bidang ekonomi dan perdagangan. Sampai keadaan berubah ketika watak dan tabiat bangsa-bangsa kolonial memasuki wilayah ini di lain masa.


Kuin sebagai pusat pemerintahan dan ibukota Kerajaan Banjar pada masa itu lebih populer dengan sebutan 'Bandarmasih' atau 'Banjarmasih', sedangkan nama 'Banjarmasin' sendiri timbul akibat kesalahan pengucapan para serdadu kolonial dan orang-orang Belanda maupun pendatang asing lainnya dari Eropa. Sampai sekitar tahun 1664, arsip kerajaan Belanda berupa surat-surat yang dikirim ke wilayah Hindia Belanda untuk sultan-sultan yang memerintah di Kerajaan Banjarmasih, tetap menyebut Kerajaan Banjarmasih dalam versi ucapan Belanda; 'Bandzermash'. Kemudian sesudah tahun 1664 menjadi 'Bandjermassinghh', dan 'Bandjermasing' (tanpa huruf s dan hh).


Perkembangan Daerah Kuin

Pada tahun 1787 sebagian daerah Kalimantan Selatan dan Tengah diantaranya Pulau Tatas (termasuk Kuin Selatan) diserahkan kepada VOC, selepas itu pada permulaan abad ke-19, daerah Pulau Tatas/Kuin beserta daerah kawasan sekitarnya dijadikan Afdeeling Kween. Pada awal kemerdekaan daerah Kuin merupakan satu wilayah desa. Pada tahun 1964, desa Kuin dimekarkan menjadi 5 desa yang masing-masing dipimpin seorang pambakal (Kepala Desa) yaitu Kuin Utara, Kuin Selatan, Kuin Cerucuk, Pangeran, dan Antasan Kecil. Tanggal 1 Oktober 1980, desa tersebut telah diubah statusnya menjadi kelurahan.

* * *

MAKANAN-MAKANAN KHAS DAYAK KALIMANTAN TENGAH

Indoborneonatural--Nusantara Indonesia adalah negara yang memilki keanekaragaman suku bangsa dan bahasa. apalagi makanan khas yang dimilki antara satu daerah lain. Karena saya asli orang Dayak dari Kalimantan Tengah saya akan mencoba mengulas apa saja makanan-makanan khas yang ada di Kalimantan Tengah.

1.  Kalumpe / Karuang



Kalumpe / karuang adalah sayuran yang dibuat dari daun singkong yang ditumbuk halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju. Dalam pembuatannya, biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk masakan ini adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Apabila ingin bisa ditambahkan cabe. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang panas. Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin.

2.  Juhu Singkah / Umbut Rotan

Umbut Rotan (rotan muda) adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah. Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang'e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah. Umbut rotan ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh didalam hutan tanpa perlu menanamnya terlebih dahulu. Cara pengolahannya yaitu pertama rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil. Umbut rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam. Umbut Rotan memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan sehingga membuat umbut rotan memiliki citarasa tersendiri.

3. Juhu Umbut Sawit

Juhu Umbut Sawit adalah nama sayuran ini sangat asing bagi sebagian orang karena namanya yang tidak populer. namun orang pelancong yang sering ke tanah Dayak paling sering mencari sayuran ini. dan bagi suku Dayak, juhu umbut kelapa ini merupakan kuliner favorit yang wajib dihidangkan di setiap diadakan acara-acara seperti syukuran


4. Wadi

Wadi adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makanan yang "dibusukan". Namun pembusukan ini tidak dibiarkan begitu saja, sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilmuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang di-sangrai sampai kecoklatan kemudian di tumbuk manual atau di blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa'mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta. Pembuatannya yaitu ikan atau daging yang hendak diolah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian direndam selama 5-10 jam dalam air garam. Kemudian daging atau ikan diangkat dan dibiarkan mengering. Setelah cukup kering ikan atau daging dicampur dengan Sa'mu sampai merata. Kemudian daging disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau plastik kedap udara yang ditutup rapat-rapat. Simpan kurang lebih selama 3-5 hari. Untuk daging disarankan simpan lebih dari 1 minggu. Setelah selesao, wadi tidak bisa langsung dimakan tapi harus diolah kembali antara lain dengan cara digoreng atau dimasak. Walau pembuatannya terlihat mudah, tetapi apabila terjadi kesalahan sedikit saja dalam memasukan bumbu serta perendaman maka akan membuat wadi menjadi tidak enak bahkan tidak bisa dimakan. Oleh karena itu ada orang-orang tertentu yang memilki keahlian untuk membuat wadi yang enak.

5. Bangamat / Paing


Bangamat dalam bahasa Dayak Ngaju atau paing dalam bahasa Dayak Maanyan adalah masakan tradisional khas dayak yang dibuat dari bahan utama kelelawar besar / kalong (Pteropus vampyrus). Kelelawar yang digunakan adalah kelelawar jenis pemakan buah yang berukuran tubuh terbesar dibanding jenis kelelawar lainnya. Untuk kelelawar jenis pemakan serangga dan penghisap darah tidak digunakan dan tidak dikonsumsi untuk membuat makanan ini. Walaupun paling dikenal dan dikonsumsi di beberapa daerah, tetapi orang Dayak mempunyai ciri khas dalam pembuatannya. Paing yang akan dimasak dibersihkan dengan membuang kuku, bulu kasar ditekuk dan punggung, serta ususnya. Sementara sayap, bulu dan dagingnya dimasak. Untuk orang Dayak Ngaju paing dimasak dengan bumbu yang lebih banyak. Sedangkan untuk Dayak Maanyan, paing dimasak dengan bumbu yaitu serai dan daun pikauk (daun yang memiliki rasa asam). Paing sering dimasak bersama sayuran dari hati batang pisang yang dipotong-potong, biasanya adalah pisang kipas. Serta juga bisa dimasak bersama dengan sulur keladi yang dipotong-potong.

Sumber:
http://geraldir14.blogspot.co.id/2012/11/makanan-makanan-khas-dayak-kalimantan.html
http://media-kalimantan.blogspot.co.id/2013/07/makanan-makanan-khas-dayak-kalimantan.html
Sumber gambar Google

SEBAGIAN KECIL TENTANG SEJARAH KOTA BARABAI KALSEL

Barabai adalah ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah di Kalimantan Selatan, terletak sekitar 165 km di utara Banjarmasin. Sebelum perang dunia kedua, kota Barabai pernah dijuluki oleh orang Belanda sebagai "Bandoeng van Borneo" hal ini dikarenakan udaranya yang sejuk dan rasa ketenangan yang dipantulkan kota ini. Yang dimaksudkan adalah menonjolnya kebersihan, kesejukan dan tata kotanya ketika itu. Lorong-lorong di pusat kota diteduhi oleh deretan pohon-pohon mahoni (orang Barabai menyebutnya pohon kenari) yang rindang. Menurut penduduk, pohon-pohon itu dulu ditanam oleh tuan Paul, seorang keturunan Jerman yang bekerja pada pemerintah Hindia Belanda sebagai kepala V & W singkatan dari "Verkeer & Waterstaat" yang mengurusi bidang Transportasi dan Pekerjaan Umum, semacam DPU (Departemen Pekerjaan Umum) sekarang. Tuan Paullah yang telaten merawat pohon-pohon mahoni dan menata kota dengan gaya dan selera orang Eropah. Ketika Hitler menyerang Nederland, tak ayal lagi tuan Paul ditawan Belanda, majikannya. Entah bagaimana nasibnya kemudian. Yang jelas, namanya masih dikenang orang Barabai, terutama jika sedang berjalan-jalan di bawah pepohonan mahoni di pusat kota. Tapi pernah ada tangan latah membabat pohon-pohon pelindung di beberapa lorong. Konon seorang bupati yang berambisi ingin membuat pelebaran jalan dan sekaligus jalur kembar seperti yang dilihatnya di Banjarmasin menyikat bersih pohon-pohon mahoni peninggalan tuan Paul disebagian jalan Dharma dan Garuda. Jelasnya di pusat pasar sekarang, Untunglah karena langka biaya pelanjutnya, pembabatan pohon mahoni berhenti sampai di situ saja.
Asal Nama Barabai

Pada awalnya daerah yang disebut dengan Barabai sekarang ini merupakan sebuah perkampungan yang dulu disebut dengan Kampung Qadi. Barabai sendiri merupakan nama administrasi yang diberikan oleh pemerintah Belanda untuk menyebut daerah Onderafdeling Batang Alai. Penamaan ini tidak terlepas dari keberadaan sungai yang melintasinya.

Daerah aliran sungai di sebelah hilir Pajukungan, yaitu daerah Durian Gantang dikenal dengan nama Tabat Baru. Hal ini karena Pangeran Singa Terbang dari Amuntai (Hulu Sungai Utara) pada waktu dulu pernah memerintahkan untuk menutup atau memagar daerah ini dengan menabar aliran sungai yang mengalir disini, yaitu pada saat daerah Tanjung dan Hulu Sungai Utara jatuh ketangan Belanda setelah pecahnya Perang Banjar. Oleh karena itulah untuk mengamankan Barabai (belum bernama Barabai), sungai yang mengalir di daerah Durian Gantang atau tepatnya Asam Hurang yang aliranya airnya terus ke Sungai Nagara ini ditabat secara beramai-ramai oleh masyarakat. Kemudian pohon-pohon kayu ditebang untuk memberikan halangan bagi Belanda untuk menguasai daerah ini.

Pohon-pohon dan semak-semak yang dimasukan kedalam sungai tadi dalam bahasa Banjarnya disebut “Raba”. Dengan sendirinya perahu-perahu serdadu Belanda yang terdampar diraba-raba tersebut dan mereka tidak dapa meneruskan perjalanannya karena terhalang oleh timbunan raba. Pada saat inla para penduduk mengambil kesempatan untuk menyergap dan menyerang serdadu-serdadu Belanda, sekaligus untuk mengambil senjaa mereka untuk digunakan pada pencegatan yang akan datang. Dalam hal ini pihak Belanda mengakui bahwa pasukan rakyat mempunyai keahlian dalam bertempur di air dan di sungai.

Dalam keadaa terjebak oleh halangan dan rintangan inilah, pihak Belanda sering mendengar suara “Ba-Ra-Ba-Ai”, yang dimaksudnya banyak raba. Asal perkataan itu pihak Belanda menafsirkan dengan nama lokasi dimana tempat mereka terjebak. Isitilah ini yang mereka tuliskan dalam laporan yang dibeikan. Itulah sebabnya maka sampai sekarang menjadi kota Barabai.Kota

Pemerintahan dan Perekonomian

Setelah mengeluarkan pernyataan penghapusan Kerajaan Banjarmasin pada 11 Juni 1860 pemerintah Hindia Belanda memasukan Kerajaan Banjar dalam wilayah yang kita kenal dengan Zuider en Oosterafdeling van Borneo. Pada tahun berikutnya dilakukan pengembangan unsur pamong praja dan pengadilan negeri yang tadi hanya ada di Banjarmasin sampai ke Hulu Sungai.

Pertumbuhan kampung dan kota. Belanda membangun jalan raya dari Banjarmasin melalui Martapura ke Hulu Sungai sampai ke Ampah Muara Uya. Untuk menjaga keamanan militer dan kontrol, penduduk dikumpulkan dan rumah-rumah dibangun disepanjang jalan tepi jalan. Hal ini melahirkan jenis desa baru yang rumahnya berbaris menghadap jalan, yang sebelumnya bertebaran. Pada persimpangan yang strategis dibuat benteng-benteng pengawasan wilayah. Maka muncul kota-kota baru seperti Binuang, Rantau, Kandangan, Barabai, Tanjung, Pleihari, dan sebagainya.

Menurut Staatblaad tahun 1898 no.178 daerah ini menjadi salah satu onderafdeeling di dalam Afdeeling Kendangan yaitu Onderafdeeling Batang Alai en Labooan Amas terdiri atas: Distrik Batang dan Distrik Labuan Amas.

Distrik Batang Alai dipimpin oleh seorang kepala distrik yang disebut districhoofd yaitu Kiai Duwahit (1899) dan Kiai Demang Yuda Negara. Suku Banjar yang mendiami wilayah ini disebut dengan Orang Alai dan Suku Dayak Meratus yang mendiami wilayah ini disebut dengan Dayak Atiran, Dayak Labuhan, dan Dayak Kiyu. Distrik ini beribukota di Barabai.

Distrik Labuan Amas dikepalai oleh Tomonggong Kerta Joeda Negara (1899), beribukota di Pantai Hambawang.

Barabai merupakan ibu kota dari kabupaten HST. Kota ini memiliki julukan “ParisvanBorneo.” Barabai merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan di HST. Kota ini memiliki daya tarik secara ekonomi dan sosial terhadap daerah lainya yang menjadi penopang kota ini.

Secara ekonomi, Barabai merupakan kota generatif yaitu kota yang menjalankan berbagai fungsi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk wilayah belakangnya sehingga bersifat saling mengembangkan. Barabai menyerap/memasarkan produksi dan memenui kebutuhan wilayah belakang (Robinson Tarigan, 2009: 161).


Barabai memegang peran sentral untuk melakukan distribusi barang dan jasa untuk daerah sekitarnya ini ditunjukan dari adanya dua pasar grosir yaitu Pasar Lama dan Pasar Baru.

Pusat perkantoran Pemda HST terpusat disini, walaupun banyak perkantorannya yang tersebar diluar kota. Banyaknya jumlah pegawai baik dari sektor pemerintah, swasta dan sektor informal lainnya juga mendorong besarnya volume perdagangan dikota ini.

Barabai sebagai pusat perdagangan juga ditunjukan dengan adanya 2 pasar terbesar di HST yang dikenal dengan Pasar Murakata (selanjutnya disebut Pasar Lama) dan Pasar Keramat. Kedua pasar sudah terdifrensiasi, Pasar Murakata didesain sebagai pusat perbelanjaan modern sementara Pasar Keramat di desain sebagai pusat perbelanjaan tradisional/semi modern.

Suasana pasar Barabai pada hari Sabtu (hari pasar), lokasi ini sekarang adalah toko tujuh. Terlihat pohon-pohon mahoni muda tanaman si Tuan Paul.


Barabai merupakan sebuah kota tua yang ada di HST, kota yang merupakan ibukota dari distrik Batang Alai dan Pantai Hambawang yang merupakan ibukota dari distrik Labuan Amas. Dua Distrik ini kemudian membentuk Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan memisahkan diri dari HSS pada 1956.

Sumbar: Copas-copasan di https://www.facebook.com/

HASIL QUICK COUNT PILGUB KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

Indoborneonatural--Provinsi Kalimantan Selatan adalah salah satu daerah di Indonesia yang ikut dalam gelaran Pilkada serentak hari ini, Rabu 9 Desember 2015. Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) ini digelar untuk memilih pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil  Gubernur untuk periode lima tahun ke depan.

Penghitungan suara manual oleh KPU diawali pada tempat pemungutan suara (TPS). Perhitungan tersebut dilakukan oleh KPPS setelah pemilih selesai melakukan pencoblosan.

Hasil hitung tersebut selanjutnya akan dilaporkan ke tingkat PPS di KPUD untuk dilakukan rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara. Hasil inilah yang nantinya akan menentukan pasangan mana yang unggul dan menjadi pemenang untuk duduk di kursi tertinggi di Propinsi Kalimantan Selatan ini.

Sementara itu, ada pula pihak lain yang melakukan hitungan, seperti pihak independen atau dari pasangan cagub itu sendiri. Metode yang digunakan adalah hitung cepat / quick count ataupun real count  dengan mengambil contoh hasil penghitungan surat suara di beberapa TPS. Biasanya hasil persentase tidak jauh dengan hasil hitung manual KPU. Namun demikian hasil KPU-lah yang dianggap sah oleh KPU.



Berikut ini Hasil perolehan Sementara dari Hasil Hitung Cepat suara calon Gubernur dan Wakil  Gubernur Kalsel 2015 Sesuai urutan nomor urut Pasangan Calon Gubernur Kalsel:
dr. H. M. ZAIRULLAH AZHAR dan Dr. H. MUHAMMAD SAPI'I, M.Si. Memperoleh 4.731 Jumlah Suara atau ... persen

H. SAHBIRIN NOOR, S.Sos., M.H. dan Drs. H. RUDY RESNAWAN. Memperoleh 8.732 Jumlah Suara atau ... persen

H. MUHIDIN dan H. GUSTI FARID HASAN AMAN.Memperoleh 10.810 Jumlah Suara atau ... persen


Hingga hari ini :
Telah terjadi persaingan ketat, saling salip-menyalip antara pasangan Sabirin-Rudy dan Muhidin-Farid.

Data masuk 95,52% Dengan Perolehan Data Sementara real count Persi KPU  :
Muhidin - Farid 41,09%
Sahbirin - Rudy 41,04%
Zairullah - Sapii.17,87%


Hasil perhitungan sementara ini untuk menunggu hasil pastinya hingga nanti pada tanggal 19 Desember 2015 yang  diumumkan KPU.

(Hasil ini akan selalu kami update setiap ada perubahan, bila hasil masih kosong silahkan direfresh atau kunjungi laman kami beberapa menit kemudian !!). 



 http://indoborneonatural.blogspot.co.id/

CONTOH NASKAH MEMBACAKAN CERITA RAKYAT BERJUDUL SULTAN SURIANSYAH (KALIMANTAN SELATAN)

           

Masjid Sultan Suriansyah Raja Banjar

         Assalamualaikum, Wr. Wb.

          Saya akan bercerita  tentang kisah kerajaan Banjar 

Cerita ini saya baca dari buku seri cerita sejarah yang berjudul ”Sultan Suriansyah”

Yang ditulis oleh R.M. Buya dan diterbitkan PT Sarana Panca Karya Nusa Bandung.  Tahun 2003.

Begini ceritanya.:

         Pada zaman dahulu kala ,berdirilah sebuah kerajaan besar, yang bernama kerajaan Candi Agung. Saat itu kerajaan candi agung diperintah oleh raja yang bernama Sukarama. Raja sukarama sedang  resah dan  sedih, dia memikirkan cucunya yaitu  putra mahkota,   mendadak menghilang.

Semua ikut pusing , semua ikut pening semua ikut mencari.

Pangeran Samudra hilang, pangeran Samudra hilang pangeran Samudra hilang.

           Ditempat yang lain ada seorang anak laki-laki dengan bekal secukupnya dan alat jala sedang mendayung sampannya. Sendirian, dini hari menyusuri sungai Tabalong. Menuju ketepi pantai. Akhirnya setelah berjam jam dipermukaan air sampailah ia kesebuah tempat ,Kuin namanya.

          Ketika itu seorang pembesar Kuin melihatnya, ia merasa tercengang diperhatikannya anak itu baik baik. Setelah anak itu mendekat lalu pembesar Kuin segera berseru.

Patih Masih: hai anak kecil coba kemari sebentar.

Sambil mendayung ketepi anak itupun  bertanya.”Desa apakah ini ?

Pembesar Kuin itupun menjawab.” oh rupanya engkau orang asing. Ini adalah kampung Kuin, Coba kemari dulu.

Lalu kemudian pembesar itu bertanya lagi.”Siapa engkau nak, dengan siap engkau kemari?

Anak kecil itupun menjawab.” Nama saya Mudra Saya adalah anak pencari ikan, tapi kehilangan arah . bapak ini siapa

Dan pembesar kuin itupun menjawab .” Nama saya Masih orang menyebut Patih Masih.

Dan sejak saat itulah  anak tersebut  tinggal bersama patih Masih di Kuin .

        Dikerajaan Candi Agung raja Sukarama sedang jatuh sakit, Pemerintahanpun berpindah ketangan pangeran Mangkubumi, diangkatlah mangkubumi menjadi raja, mendengar pangeran Mangkubumi jadi raja Pangeran Tumenggungpun marah, ia tidak setuju dengan diangkatnya pangeran mangkubumi menjadi raja ,  dia berpendapat bahwa ialah yang berhak menjadi raja.

        Pangeran Tumenggungpun memberontak dan beberapa kali peperangan pecah hingga sampai pada akhirnya pangeran mangkubumi meninggal ditangan saudaranya sendiri pangeran Tumenggung. Setelah Pangeran Mangkubumi wafat Pangeran Tumenggunglah yang memerintah kerajaan Candi Agung.

          Di Kampung Kuin sudah tiga tahun Mudra tinggal bersama Patih Masih . Suatu hari Patih Masih ingat kembali bahwa kerajaan Candi Agung kehilangan seorang putra mahkota yaitu pangeran Samudra. Dan kebetulan pangeran samudra sebaya dengan anak tersebut. Dan diapun berpikir apakah anak tersebut merupakan pangeran Samudra yang sedang dicari cari kerajaan Candi Agung, Patih Masih pun memberanikan diri bertanya kepada mudra  apakah betul ialah pangeran samudra yang sedang dicari cari kerajaan, bak gayung bersambut Mudra mengakui dirinya adfalah pangeran Samudra, sambil bersujud Patih masih memohon maaf kepada pangeran Samudra.”Saya  mohon ampun paduka pangeran karena saya tidak mengetahui bahwa andalah pangeran Samudra . Mendengar pengakuan pangeran Samudra Patih Masihpun segera membangun kerajaan baru di kampung Kuin yang diberi nama kerajaan Bandarmasih inilah  cikal bakal kota Banjarmasin. Rajanya ialah Pangeran Samudra dan maha Patihnya adalah Patih Masih. Tak lama setelah berdirinya kerajaan Bandarmasih berita cepat tersebar keseluruh penjuru dan sampai ketelingan pangeran Tumenggung.

           Mendengar Pangeran Samudra menjadi raja di kerajaan baru Pangeran Tumenggungpun   marah dan menyerang kerajaan Bandarmasih. Beberapa kali peperangan terjadi dan sampai akhirnya Patih masih meminta bantuan kerajaan Demak, dan kerajaan Demakpun menyetujui dengan syarat tertentu salah satunya kalau menang masuk agama Islam. Dan Patih masih setuju dengan syarat tersebut. Dengan bantuan Demak Pangeran Tumenggungpun terdesak  dan meminta perang tanding raja melawan raja.

         Tanpa rasa  takut Pangeran Samudra setuju dengan tantangan pamannya itu. Perang tandingpun segera dimulai  mereka telah berhadap hadapan pangeran Samudra melawan Pamannya Pangeran Tumenggung. Pangeran Samudra yang pertamakali mengeluarkan kerisnya dan keris itupun dilemparkannya ke arah pamannya dan berkata.

.”Paman Tumenggung maafkan saya bukannya lancang. Bagaimanapun engkau adalah pamanku dan paman adalah keluargaku aku tidak ingin menyakiti keluargaku.

       Mendengar teriakan keponakannnya itu Pangeran Tumenggung menangis dan memeluk pangeran Samudra dia terharu pada Pangeran Samudra. Dan pangeran Tumenggungpun menerima kekalahannya. Dan Pangeran samudrapun diangkat menjadi Raja Candi Agung.

       Setelah pangeran diangkat menjadi raja pangeran samudrapun masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan suriansyah.

Setelah Sultan Suriansyah meninggal dunia beliau dimakamkan dikampung Kuin.

Nah teman teman itulah tadi cerita Sultan Suriansyah dalam cerita tersebut dapat kita ambil pelajaran yaitu kebenaran itu selalu menang  dan jangan mengambil sesuatu yang bukan hak kita.

Sampai disini dulu cerita dari saya, salam literasi salam budaya baca buku sebanyak banyaknya.

 

Kota Banjarmasin Baiman bergelar

Kota bersih lagi maju

Kalau kamu ingin jadi pintar

Bacalah buku jendela ilmu

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

7 UPACARA ADAT TRADISIONAL TERUNIK DI INDONESIA

Indonesia adalah negara kepulauan yang memimiliki banyak pulau yang didiami beragam suku sehingga Indonesia menjadi negara yang kaya dengan adat Istiadat yang melahirkan budayaan tradisional unik dan menarik, Indonesia juga mempunyai beragam upacara tradisional yang menarik. Hingga saat ini, banyak dari upacara tradisional tersebut masih dilestarikan di daerah asalnya masing-masing. Bahkan, upacara tersebut juga menjadi ajang wisata budaya bagi banyak turis, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Berikut ini 7 (tujuh) upacara tradisional Indonesia yang unik dan khas yang bisa kita lihat sebagai objek wisata yang menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Tiwah (Kalimantan Tengah)
Upacara Tiwah yaitu prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama Sandung.
Upacara adat Tiwah sering dijadikan objek wisata karena unik dan khas banyak para wisatawan manca negara tertarik pada upacara ini yang hanya dilakukan oleh warga Dayak Kalteng. Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak.

Tabuik (Sumatera Barat)
Upacara yang satu ini sebenarnya lebih berkaitan dengan religi, berdasarkan kepercayaan umat Islam Tapi hanya ditemukan di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Sehingga, menjadi sebuah tradisi yang khas dari daerah tersebut. Upacara Tabuik ini digelar sebagai bentuk peringatan atas kematian anak Nabi Muhammad SAW dalam sebuah perang di zaman Rasulullah dulu. Dilakukan pada Hari Asura setiap tanggal 10 Muharram tahun Hijriah. Beberapa hari sebelum datangnya waktu penyelenggaraan upacara ini, masyarakat akan bergotong royong untuk membuat dua tabuik. Kemudian, pada hari H, kedua tabuik itu di arak menuju laut di Pantai Gondoriah. Satu tabuik diangkat oleh sekitar 40 orang. Di belakangnya, rombongan masyarakat dengan baju tradisional mengiringi, bersamaan dengan para pemain musik tradisional. Lalu, kedua tabuik itupun dilarung ke laut.

Dugderan (Jawa Tengah)
Upacara ini digelar untuk menandai datangnya bulan puasa Ramadhan. Tapi, karena hanya diadakan oleh masyarakat Semarang, maka upacara Dugderan ini pun jadi semacam upacara tradisional. Kata “dugderan” sendiri berasal dari perpaduan bunyi bedug dengan meriam bambu yang memang identik dengan bulan puasa. Upacara ini dilaksanakan tepat sehari sebelum puasa pertama dilaksanakan, mulai dari pagi hingga sore hari menjelang senja. Dalam upacara tradisional Indonesia ini, masyarakat menggelar “warak ngendok”, atau mengarak binatang jadi-jadian yang bertubuh kambing, berkepala naga dan berkulit sisik emas. Binatang rekaan ini dibuat dari kertas warna-warni. Selain itu, juga digelar pasar rakyat, atraksi drumband, pawai pakaian adat tradisional nusantara, hingga penampailan berbagai kesenian khas Kota Semarang, yang digelar selama sepekan sebelumnya.

Ngaben (Bali)
Kegiatan ini merupakan upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu di Bali. Untuk melaksanakan upacara Ngaben ini, keluarga dari jenazah tersebut akan membuat “bade dan lembu” untuk tempat jenazah yang akan dibawa. Tempat tersbeut dibuat dari kayu dengan model yang sangat megah, dibantu oleh masyarakat sekitarnya. Kemudian, jenazah pun di arak, dan terakhir dibakar bersamaan dengan tempat tersebut, dalam sebuah ritual khusyuk.

Rambu Solo dan Mapasilaga Tedong (Sulawesi Selatan)
Rambu Solo juga merupakan upacara kematian, yang  diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun. Keluarga dari orang yang meninggal akan menggelar upacara ini sebagai tanda penghormatan terakhir. Kemudian, jenazahnya akan dibawa ke makam yang terletak di tebing goa, yakni pekuburan Londa. Bersamaan dengan itu, juga dibawa sebuah boneka kayu yang telah dibuat sebelumnya, yang wajahnya sangat mirip dengan orang yang telah meninggal itu. Sedangkan, upacara Mapasilaga Tedong merupakan acara adu kerbau. Selbelumnya, akan diawali dengan parade kerbau, mulai dari jenis kerbau jantan, kerbau albino, hingga kerbau salepo yang memiliki bercak-bercak hitam di punggungnya. Setelah adu kerbau, maka akan dilanjutkan dengan prosesi pemotongan kerbau khas adat Toraja, yang disebut Ma’tinggoro Tedong. Dalam prosesi tersbeut, kerbau harus langsung mati dengan sekali tebas.

Pasola (Nusa Tenggara Barat)
Dalam upacara tradisional Indonesia ini, akan ada dua kelompok yang melakukan “perang-perangan”. Setiap kelompok yang terdiri atas lebih dari 100 pemuda itu “berperang” dengan bersenjatakan tombak dari kayu yang ujungnya tumpul, dan juga mengenakan baju perang dalam adat mereka. Pada bulan Februari atau Maret setiap tahunnya, upacara ini akan digelar untuk menyampaikan doa kepada Tuhan, agar panen mereka pada tahun itu bisa berhasil.

Aruh Bawanang (Kalimantan Selatan)
Aruh bawanang adalah aruh dayak meratus yang merupakan sujud syukur dari hasil panen yang sudah didapat setiap tahunnya..aruh bawanang merupakan aruh pertengahan yang dilaksanakan balai..dalam setiap tahunnya di laksanakan 3 aruh yaitu aruh basambu,bawanang dan aruh ganal. Aruh bawanang, selamatan sesudah panen masyarakat Dayak Meratus. Ritual Aruh Bawanang adalah sebuah kebudayaan unik yang hanya ada pada masyarakat Dayak Meratus. Penyelangaraan upacara Aruh Bawanang bagi masyarakat di Balai Malaris ini mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai kepercayaan Kaharingan. Diantaranya, mensyukuri nikmat tuhan yang telah memberikan anugerahNya, terutama terhadap keberhasilan panen mereka. Juga atas keadaan masyarakat desa yang tenteram dan tidak dilanda bencana, sehingga mereka dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan upacara atau aruh tersebut.

Demikian tentang 7 Kebudayaan unik dan menarik di tanah air kita di Indonesia, yang harus kita lestarikan sebagai khasanah kekayaan budaya bangsa kita. Semoga Artikel ini bermanfaat. Terimakasih.

GAMBAR DAN FOTO MASKOT BEKANTAN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

Di Banjarmasin, tepatnya di jalan Piere Tendean diseberang siring sungai maratapura dan menara pandangnya. Sejak tahun 2015 ini telah dibangun sebuah patung maskot yang mengambil model dari binatang khas Kalsel yaitu Monyet Bekantan atau nama Ilmiahnya Nasalis Larvatus.  

Bagi anda yang ingin melihat-lihat patung maskot Bekantan Banjarmasin ini, tetapi masih belum berkesempatan untuk berkunjung ke sana. Berikut ini dapat dilihat beberapa foto dan gambar maskot tersebut.




Baca juga Asal Usul Monyet Bekantan (Nasalis Larvatus) di sini !!

ANEKA RESEP KUE KERING PUTU KACANG HIJAU

Pada masyarakat Indonesia kacang hijau sudah lekat menjadi salah satu bahan pokok untuk aneka makanan, mulai dari bubur kacang hijau, hingga aneka kue dengan bahan utamanya kacang hijau ini. Kacang hijau selain memiliki nilai giji yang tinggi juga enak rasanya jika diolah sedemikian rupa. Apalagi jika dibuat camilan atau kue kering, salah satu kue yang enak dengan berbahan dasar kacang hijau ini adalah Kue kering putu Kacang Hijau. Berikut cara membuat kue kering putu yang enak ini :

Bahan Kue Kering Putu Kacang Hijau :
  • 200 gram kacang hijau, disangrai, kupas kulitnya.
  • 1/4 sendok teh essence vanili.
  • 2 sendok makan air matang.
  • 175 gram gula halus.
Cara Membuat Kue Kering Putu Kacang Hijau :
  • Kacang hijau sangrai dihaluskan dengan blender atau diulek hingga halus. Gunakan saringan yang rapa untuk mendapatkan bubuk kacang hijau yang halus.
  • Campur tepung kacang hijau ini dengan gula halus, vanili, dan air matang hingga menjadi adonan yang pulen.
  • Cetak adonan di cetakan kue satu sambil ditekan-tekan supaya padat.
  • Panggang dalam oven yang sudah dipanaskan dalam suhu 150 derajat Celsius, sampai kering.
  • Setelah matang, angkat cetakan, biarkan kue satu dingin, baru simpan dalam stoples.
Demikian resep Kue Kering Putu Kacang Hijau ini, semoga bermanfaat. Selamat mencoba dan selamat menikmati. Wassalam....

SUKU BANGSA BATAK

Untuk memahami suku bangsa Batak dengan lebih rinci, alangkah baiknya kita cermati kondisi geografisnya terlebih dahulu. Suku bangsa Batak sebagian besar mendiami daerah Pegunungan Sumatra Utara mulai perbatasan daerha Istimewa Aceh sampai ke perbatasan Propinsi Sumatra Barat dan Riau. Orang Batak Juga terdapat dipegunungan antara Pantai Timur dan Barat Sumatra Utara. Mereka mendiami daerah Dataran Tinggi Karo, Langkah Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi Toba, Silindung. Angkola, Mandailing, serta Tapanuli Tengah.

a. Sub-sub Bangsa Batak

Selanjutnya kita lihat sub-sub suku bangsa yang ada pada orang Batak. Perhatikan uraian tentang sub-sub suku bangsa Batak di bawah ini !

1) Karo, mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu dan Dairi.
2) Simalungun, mendiami daerah simalungun
3) Toba, mendiami daerah di sekitar Danau Toba. Pulau Samosir, daerah asahan. Silindung, daerah antara Barus - Sibolga.
4) Pak-pak, mendiami daerah Dairi
5) Angkola, mendiami daerah Angkola dan Sipirok, sebagian Sibolga dan Batang Toru dan bagian utara Padang Lawas.
6) Mandailing, mendiami daerah Mandailing Ulu, Pakatan, dan bagian Selatan Padang Lawas.

b. Bahasa

Mungkin sebagian kita ada yang mengetahui, bahwa dengan pemecahan orang Batak ke dalam beberapa sub suku bangsa seperti uraian di atas, maka dalam pergaulan hidup sehari-hari atau berinteraksi sosialnya bahasa Batak memiliki beberapa dialek. Ada bahasa Bahasa Batak menurut dialeg (logat) Karo, logat Pak-pak, logat Simalungun, logat Toba. Logat Karo digunakan oleh semua orang Batak Karo, logat Pak-pak dipakai suku Batak Pak-pak dan Logat Simalungun digunakan oleh orang Simalungun. Sedangkan logat Toba digunakan oleh suku-suku Batak Toba, Angkola dan Mandailing. Diantara keempat logat itu, dua yang paling jauh jaraknya yaitu logat Karo dan logat Toba.

c. Sistem Kekerabatan

Tiap-tiap suku bangsa memiliki kekhususan dalam sistem kekerabatan. Pada masyarakat Batak adalah secara partilineal artinya memperhitungkan hubungan keturunan yang berasal dari seorang nenek moyang atau satu ayah atau satu kakek. Kerabat laki disebut pararak.

Kelompok kekerabatan yang lebih besar adalah "marga" (Toba) atau "marga" (Karo). Adapun nama-nama masyarakat Batak antara lain :
1) Batak Mandailing, terdiri atas marga Lubis, Nasution, Pulungan, Rangkuti, dan Lain-lain.
2) Batak Toba, terdiri atas marga : Simanjuntak, Simatupang, Situmorang, Hutabarat, dan lain-lain.
3) Batak Karo, terdiri atas marga : Tarigan, Ginting, Sembiring, Perangin-angin, dan lain-lain
4) Batak Simalungun, terdiri dari : Purba, Saragih, Damanik, Sinaga, dan lain-lain.

Untuk kekerabatan yang terkecil adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang disebut keluarga batih. Masyarakat Batak menamakan keluarga batih adalah "jabu" (karo) atau "ripe" (Toba). Kedua istilah ini sering juga untuk menyebut keluarga luas virilokal,  hal ini terjadi karena banyak keluarga muda Batak yang bertempat tinggal bersama orang tua dari suami. Selain itu dikenal pula sada nini atau saompu, yaitu kelompok kekerabatan yang mencakup semua kamu kerabat patrilineal yang masih dikenal hubungan kekerabatannya.

Kaum kerabat si wanita (sinereh dalam bahasa Karo, parboru dalam bahasa Toba). Oleh karena itu, di Batak seorang laki-laki bebas dalam memilih orang-orang rimpal (mapariban dalam bahasa Toba) adalah antara seorang laki-laki, dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya. Dengan demikian, maka seorang laki-laki Batak sangat pantang kawin dengan seorang perempuan dari saudara perempuan ayah. Pada zaman sekarang, sudah banyak pemuda Batak yang tidak lagi menurut terhadap adat kuno ini (Masri Singarimbun, 1959, hal 120). Apabila lamaran diterima dengan baik, maka sebelum upacara dan pesta perkawinan, diadakan perundingan antara kerabat kedua belah pihak.

Perundingan itu disebut Marhata Sinamual (bahasa Toba). Adapun hal-hal yang dirundingkan antara lain :
1) Jumlah mas kawin yang diserahkan kepada pihak perempuan
2) Jumlah harga yang akan diterima oleh Tulang (saudara Laki-laki dari ibu si gadis)
3) Jumlah harga yang akan diterima oleh saudara nenek si gadis dari pihak ibu
4) Jumlah harga yang akan diterima oleh saudara perempuan dari ibu si gadis
5) Jumlah harga yang akan diterima oleh anak Beru dari ayah si gadis
6) Jumlah harga yang akan diterima oleh saudara-saudara perempuan dari ibu si pemuda
7) Jumlah harga yang akan diterima oleh saudara-saudara laki-laki ibu si Pemuda

Pada orang Batak Toba, selain harta yang diserahkan kepada orang tua da upa tulang si gadis, ada pula yang harus diserahkan kepada saudara laki-laki dari ayah si gadis (si julo baru) dan kepada saudara-saudara laki-laki si gadis (si jalo tadoan). Sesudah perundingan mengenai mas kawin dan pemberian-pemberian tersebut di atas, maka mulai dibicarakan tanggal diadakannya pesta perkawinan (petuturken atau erdemubayu dalam bahasa Karo, marunjuk atau menguhuti dalam bahasa Toba).

Ternyata di Batak ada istilah kawin lagi (mangalua) di luar kawin menurut prosedur biasa, mengapa kawin lari? Kawin lari ini terjadi karena tidak ada kecocokan antara salah satu atau kedua belah pihak kaum kerabat. Pada kejadian kawin lari, kurang dari satu hari, kaum kerabat si laki-laki harus menyuruh utusan kepada orang tua si gadis untuk memberitahu bahwa anak gadisnya telah dibawa dengan maksud untuk dikawini (diparaya). Beberapa hari setelah itu, dilakukan upacara manuruk-nuruk untuk minta maaf. Setelah upacara itu berlangsung, barulah disusulkan dengan upacara perkawinan seperti yang biasa dilakukan.

Menurut adat, jika suami meninggal maka si janda harus kawin dengan levirat (salah seorang laki-laki dari kerabat suami). Namun jika tidak bersedia dapat minta cerai kepada kerabat suaminya. Bila hal ini terjadi, pihak yang dapat menceraikannya adalah anak laki-laki kandung atau anak tiri, dapat pula dilakukan cucu laki-laki. Apabila mereka tidak ada maka dapat maka dapat dilakukan oleh "sembuyak" atau "senina", yaitu kerabat laki-laki dari almarhum suaminya. Dapat bertindak sebagai orang yang akan melepaskan si janda dari ikatan dengan klen suami. Selain perkawinan levirat dikenal juga perkawinan sororat, artinya perkawinan seorang laki-laki dengna saudara almarhum isterinya.

Di Batak berlaku pola menetap sesudah menikah yaitu virikol dan uxorilokal. Virilokal artinya istri pindah ke tempat suami. Sedangkan uxorilokal, yaitu pindah ke tempat tinggal istri. Ada juga hinela, tahukah anda istilah itu? Hinela, yaitu bilamana si suami dan kerabatnya miskin, sehingga terpaksa bergantung kepada orang tua istri atau karena si istri anak satu-satunya. Biasanya putri tunggal tidak dilepaskan oleh orang tuanya.

Dalam kehidupan masyarakat orang Batak ada suatu hubungan yang mantap antara kelompok kerabat dari seorang dengan kelompok kerabat tempat isterinya berasal dan dengan kelompok kerabat dari suami adik perempuannya. Kelompok pertama disebut kalmbubu atau kelompok pemberi gadis, sedangkan kelompok yang menerima gadis disebut anak beru. Adapun kelompok sendiri disebut senina. Hubungan antara kalimbubu - anak beru - senina itu, yang disebut sangkep sitelu (dalihanan tolu dalam bahasa Toba), tampak jelas dalam upacara-upacara adat seperti perkawinan, kematian, penyelesaian pertikaian dan sebagainya.

Kalimbubu mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap anak beru dan bagi seorang Batak kaum kerabat intinya merupakan dibata niidah (dewa-dewa yang tampak). Sebagai anak beru ia harus berusaha supaya kaum kerabat istrinya itu diperlakukan secara terhormat.

d. Sistem Religi

Daerah Batak dipengaruhi beberapa agama, Islam dan Kristen Protestan masuk ke daerah itu abad ke-19. Islam di sebarkan oleh Minangkabau sejak tahun 1810. Penganut Islam terdapat di Batak Selatan, seperti Mandailing dan Angkola, Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi keagamaan dari Jerman kira-kira tahun 1862 dan ke daerah Karo pada tahun yang sama oleh orang Belanja. Sekarang Kristen banyak terdapat di daerah Batak Utara. Meskipun orang Batak sebagian besar sudah beragama Kristen dan Islam, namun unsur-unsur agama asli (primitif) sebelumnya masih dianut.

Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan orang batak asli adalah buku-buku kuno yang dinamakan pustaha. Selain berisi silsilah (rarombo), juga berisi konsepsi orang Batak tentang dunia makhluk halus. Pustaha yang bertuliskan huruf Batak yang disebut aksara. Tulis ini mirip dengan tulisan Jawa Kuno yang menulisnya dari kanan ke kiri.

Dalam hubungan dengan jiwa atau roh, orang Batak mengenal tujuh konsep
- Tondi, adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatan
- Sahala, adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang
- Begu, adalah tondi orang yang meninggal.

Begu dianggap bertingkah laku seperti manusia, ada yang baik dan ada yang jahat. Sesuai dengan kebutuhannya, begitu dipuja dan sesaji. Begu terpenting bagi orang Batak ialah Sumangat Niompu, begu dari nenek moyang sesaji yang diberikan pada begu disebut pelean. Beberapa macam begu yang dikenal orang Batak adalah :
1) Batara guru atau begu perkakun jabu, yaitu begu bayi yang meninggal masih dalam kandungan.
2) Bicara guru atau begu anak yang meninggal sebelum tumbuh gigi,
3) Mate kayat-kayatan ialah begu orang mati muda.

Keempat begu di atas termasuk begu yang disegani dan dihormati. Sombaon, solobean, silan dan begu ganjang adalah begu-begu lain yang disegani, Sobaon mrupakan begu yang diam digunung atau dihutan rimba gelap dan mengerikan (parsombaonan). Solobean yaitu begu penguasa tempat-tempat tertentu di Toba. Silah adalah begu sombaonan pendiri kuta dan marga. Begu ganjang yaitu begu yang sangat ditakuti dan dipelihara untuk mencelakakan orang lain.


Sumber : Dirangkum dari berbagai sumber !!    

Baca Juga Sejarah suku Batak berikut ini !! klik di sini !!

MENGENAL OBJEK WISATA ALAM DAN KERAJINAN KABUPATEN TAPIN KALIMANTAN SELATAN

Tapin sebagai salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan, Kabupaten Tapin yang bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 4 jam perjalanan darat dari kota Banjarmasin, juga memiliki beberapa objek wisata yang sangat menarik, beberapa wisata yang menonjolkan keindahan alam, satwa, tanaman dan kebudayaannya, banyak dikunjungi pada wisatawan lokal dan nasional. Berikut beberapa objek wisata alam dan kerajinan di kebupaten Tapin Kalimantan Selatan ini yang sangat menarik untuk kita kunjungi secara langsung :


GOA BATU HAPU

Terletak didesa Batu Hapu Kec. Hatungun, sekitar 45 Km dari kota Rantau. Goa legenda tentang anak durhaka bernama Hangui yang dikutuk menjadi batu. Menurut riwayar, Goa batu Hapu adalah bagian tengah kapal Hangui yang pecah menjadi 3 bagian, bagian dengan disebut Batu laki yang sekarang ada di Gunung Batu Benawa desa Pagat Hulu Sungai Tengah, bagian belakang atau buritan terdampar menjadi Batu Bini di Hulu Sungai Selatan.
Goa Batu Hapu
Goa alam dengan sajian panorama batu stalaktit dan stalaknit serta beberapa bebatuan berbentuk unik menyerupai wanita hamil dan binatang ini merupakan salah satu tujuan wisata alam unggulan di Kalimantan selatan wisatawan karena menyajikan paronama alam yang indah untuk liburan keluarga dan wisata remaja.


GOA BERAMBAN

 Gua Beramaban berada di Kecamatan Piani yang terletak diujung timur Kabupaten Tapin dengan jarak 18 Km dari Kota Rantau dengan ketinggian 500 – 900 meter dari permukaan laut (Mdpl) yang terletak pada 200-300 LS dan 1.1400-1.1500 BT. Terletak didesa Beramban kecamatan Piani sekitar 17 Km dari kota Rantau. Di wilayah tersebut terdapat sebuah bukit yang konon bukit ini masih ada hubungannya dengan legenda Batu Laki dan Batu Bini di Hulu Sungai Selatan. Bukit dengan vegetasi hutan dan semak belukar tersebut yakni Bukit Telungin yang merupakan suatu kawasam karst yang memiliki beberapa buah gua yang tidak dijaga dengan status kepemilikan tanah diatas lokasi gua merupakan tanah negara dan keberadaan gua-gua tersebut sudah lama dikenal khususnya oleh masyarakat setempat maupun dari instansi pemerintah daerah setempat.

Gua Beramban
 Goa dengan bebatuan stalaktit dan stalaknit penggunungan meratus yang memilikki 3 jenis Goa yaitu Goa Liang angin di ketinggian sekitar 300 m2 dengan panjang sekitar 70 meter didalam perut gunung Beramban, yang kedua adalah Goa Liang Macan dengan luas sekitar 50 m2 dan lorong-lorong Goa kecil pada kedalaman tertentu yang saling berhubungan. Goa ketiga adalah Goa Liang Air yang terletak didasar gunung. Panjang goa diperkirakan 2 Km dan hanya bisa dilewati dengan perahu karet. 

(Rafflesia Flower) dan sekitar 5 Km sebelum menuju goa pada sisi jalan terdapat Lokasi pertambangan yang memilikki panorama eksotis untuk Goa Beramban merupakan salah satu objek wisata alam unggulan yang menawarkan panorama komplet bagi penggemar wisata alam, Hiking Outbond, Wisata Susur goa dan perkemahan.


KERAJINAN SUKU DAYANK PIANI

Terletak didesa Harakit kecamatan Piani sekitar 30 Km dari kota Rantau. Air terjun dengan ketinggian 12 M ini terbagi terbagi pada beberapa curahan dengan kesegaran khas air pegunungan meratus yang alami. Sebelum menuju ke lokasi objek wisata para wisatawan bisa singgah di Balai Adat Dayak Piani lereng meratus kabupaten Tapin yang bersahaja memepertahankan ke arifan lokal Budaya Mereka. Pada Musim pasca panen kemeriahan akan semakin terasa dengan ikut menyaksikan para Balian menyebar mantera pujian kealam semesta berpadu aroma harum menyan dan gerak ritmis para dara dayak menarikan tari kanjar dan babansai.

Eksotika ke indahan flora pegunungan meratus dengan aneka angreknya berpadu kesejukkan dirus bias air terjun lanjung Bepayung merupakan terapi alam untuk menjaga kebugaran dan kesehatan setelah melakukan rutinitas keseharian masyarakat kota.


WISATA SUNGAI, ALAM & KERAJINAN

sekitar17 Km dari kota Rantau menuju Arah Margasari terdapat objek wisata sungai yang memilikki keragaman variasi wisata yaitu wisata religi Maqam Datu Muning ( Syekh Muhammad Ilyas ), wisata alam menyaksikan Panorama sepanjang pesisir sungai Lok buah dengan aneka tanaman unik seperti tanaman jungkal ( keladi air ) yang tinngi Karbohidrat dan jadi lauk masyarakat Lok buah. Juga satwa langka yang bercanda diatas pepohonan seperti bekantan hidung merah, kera hitam ( Hirangan ) dan burung-burung langka lainnya yang sudah jarang ditemukan wilayah lain.

Air sungai yang biru jernih menampakkan dasar sungai dengan aneka biotanya melahirkan imaji positif tentang alam yang kaya akan makna dan nilai filosofis kehidupan. Di desa sungai rutas terlihat para pengrajin anyaman purun bercengkrama sambil terus memilin anyaman membentuk aneka variasi kerajinan.


Sumber : Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Tapin.

KEGIATAN USAHA MEMBUAT TAJAU DI KUIN ALALAK UTARA BANJARMASIN

Ditengah kemajuan jaman yang terus berkembang ini, ditengah hiruk pikuk mesin industri yang dengan mudah memproduksi berbagai jenis barang kebutuhan rumah tangga, dari yang terbuat dari baja hingga terbuat dari plastik tahan banting jar...he, kegiatan usaha pembuatan tajau di sekitar daerah kuin Utara Pangeran mencoba bertahan. Ada keringat dan perjuangan berat di sana, dalam meniti hari-hari dengan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Dengan teknik pembuatan tradisional walaupun bahan bakunya sedikit lebih modern, ada keterbatasan dari segi produksi dan kualitas yang dihasilkan.



RESEP KULINER WADAI GAGAUK KALIMANTAN SELATAN

Kalimantan Selatan yang merupakan daerah yang sangat subur, banyak tanaman buah tumbuh di daerah ini, salah satu tanaman yang banyak ditemukan dan tumbuh subur di daerah-daerah tertentu seperti tanah laut dan Kota Baru adalah Tanaman Kelapa. Buah kelapa banyak diolah menjadi berbagai ragam jenis makanan yang enak dan lezat. Salah satu makanan khas untuk kuliner dari bahan kelapa ini adalah kue-Wadai khas Kalimantan Gagauk.

Berikut ini adalah Resep untuk membuat kue khas Kuliner Kalimantan Selatan Gagauk ini;

Bahan Kue-wadai Gagauk :
  • 350 gram kelapa setengah tua, parut dengan posisi memanjang
  • 250 gram tepung ketan 
  • 150 gram gula merah diserut 
Cara membuat Kue-wadai Gagauk :
  1. Campur  tepung ketan dan kelapa, aduk rata.
  2. Setelah itu bungkus dengan daun pisang, masukkan gula merah ditengahnya, lalu bungkus seperti membungkus botok.
  3. Kukus selama 10 menit, angkat. Siap disajikan
Hidangkan dan nikmati bersama keluarga tercinta dalam acara piknik bersama.

Demikian resep kue-wadai Gagauk khas kuliner Kalimantan, semoga bermanfaat. terimakasih.




INILAH MISTERI PANGLIMA BURUNG DI TANAH KALIMANTAN YANG DI PERCAYAA JELMAAN BURUNG ENGGANG

Indoboreneonatural----Inilah Misteri Panglima Burung di Tanah Kalimantan yang di Percaya Jelmaan Burung Enggang. Pulau Kalimantan terkenal akan hutan tropisnya dan juga terkenal dengan orang dayak yang mendiaminya, orang juga mengenal akan kisah tentang Panglima Burungnya. Tokoh adat Kalimantan Panglima Burung mencuat saat tragedi konflik di Sampit dan Sambas, Kalimantan, pada 2001 silam. Dimana tragedi berdarah terjadi antara suku dayak dan madura, Panglima Burung diyakini menyatukan Suku Dayak se-Kalimantan dan memberinya kekuatan untuk menghadapi suku Madura.

Keturunan-Panglima-Burung

Banyak versi cerita tentang Panglima Burung. Dari cerita rakyat populer, terutama di Kalimantan, Panglima Burung adalah sosok gaib legendaris yang dipercayai sebagai tokoh pelindung dan pemersatu Suku Dayak.

Konon, dia menghuni gunung di pedalaman Kalimantan. Sebagian cerita menyebutkan Panglima Burung adalah jelmaan burung Enggang, burung yang dihormati di bumi Borneo.

Dalam kondisi tertentu, warga Dayak menggelar ritual tari perang untuk memanggil Panglima Burung. Sosok panglima memang diyakini sakti dan memberi kekuatan.

Cerita terkait yang sangat terkenal adalah tentang mandau terbang atau mandau yang bergerak sendiri mengincar lawan. Mandau adalah pedang khas Kalimantan. Panglima Burung dipercaya sebagai yang menggerakkan mandau terbang. Kekuatan Panglima Dayak ini sangat mengerikan. Ketika perang atau melawan musuh, dia dipercaya bisa menggerakkan senjata mandau. Mandau terbang sendiri dan mengincar lawan. 

Secara umum, Panglima Burung dinilai mencerminkan sosok dan karakter orang Dayak sesungguhnya. Karakter aslinya cinta damai, mengalah, suka menolong, sederhana, merawat alam dan warisan nenek moyang. kadang orang yang baru kenal menilai bahwa orang Dayak asli itu ramah sangat pemalu tetapi jangan sampai di ganggu. Karakter itu dapat berubah menjadi berani, beringas, dan kejam ketika terancam dan habis kesabaran melihat ketidak adilan untuk sukunya.


Dewasa ini suku Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis.

Rumpun Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami Pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak Punan dan kelompok Proto Melayu, moyang Dayak yang berasal dari Yunnan.

Terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari.


Perkampungan Dayak rumpun Ot Danum-Ngaju biasanya disebut lewu/lebu dan pada Dayak lain sering disebut banua/benua/binua/benuo. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang kepala adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda.

Suku Dayak menggenggam nilai-nilai tradisi nenek moyang, yang selalu menyatu dengan hutan dan alam. Dari sisi lain, suku Dayak juga identik dengan hal-hal yang beraroma dunia gaib, salah satunya kepercayaan akan sosok Panglima Burung yang dipercaya memiliki kesaktian dan kekuatan tingkat tinggi.

Cari Artikel