FENOMENA BATU PONARI DARI KACAMATA ARKEOLOGI BATU MULIA

Indoborneonatural----Masih lekat dalam pikiran kita tentang hebohnya fenomena pengobatan seorang bocah yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit hanya dengan rendaman batu yang ada ditangannya. Batu Ponari demikian orang-orang menyebutnya menganggap ada keistimewaan dan kesaktian dalam Batu temuan bocah yang sempat berurusan dengan petir dan gledek yang hampir mengenai tubuhnya. Jika dibicarakan fenomena ini dengan hubungannya dalam dunia batu mulia maka kita bisa melihat sebuah judul The Magic Stone Of Ponari yang masih penuh misteri dan tanda tanya. Batu yang disebut langsung oleh Ponari dengan batu petir ini hanya segenggaman tangan. Bentuknya agak lonjong dengan warna kehijauan. Bentuk dan ukurannya disebut tidak berubah sejak ditemukan Ponari awal 2009 silam.

Berdasarkan beberapa foto yang beredar di internet yang diunggah diberbagai media sosial, terlihat adanya bekas pengupaman, dapat dipastikan bahwa batu Ponari tersebut jenisnya memang beliung persegi. Ada foto batu Ponari yang menunjukan suatu bentuk simetris yang bagian tengahnya berlobang. Bentuk semacam ini biasanya merupakan ciri khas dari batu kalsedon atau agate-batu akik yang sering memiliki struktur simetris dengan bagian tengah yang berlobang (geode). Di dinding bagian dalam dari lobang tersebut sering ditemukan kristal-kristal kuarsa berukuran mini (lebih kecil dari ukuran gula pasir) yang lazim disebut sebagai drusy quartz. 

BATU AJAIB PONARI DALAM KONTEKS ILMU BATU MULIA

Foto kedua yang menunjukan batu Ponari diambil dari arah yang berbeda dari foto pertama. Melihat bentuknya yang sedikit membulat dan ujungnya yang mengecil, mengaburkan anggapan batu tersebut jenisnya adalah beliung persegi. Bekas pengupaman memang terlihat jejaknya, hanya masih perlu dibuktikan apakah pengumpaman tersebut dilakukan oleh manusia "homo sapiens" dari zaman/budaya Neolitikum ataukan oleh manusia zaman sekarang, maksudnya orang-orang seperti kita ini yang iseng-iseng membuang buatannya.


BATU AJAIB PONARI DALAM KONTEKS ILMU BATU MULIA

Dalam sebuah artikel yang ditulis seorang doktor Arkeologi Universitas Indonesia, dalam kesimpulannya dijelaskan bahwa batu samber gledek (demikian orang menyebutnya) adalah sebuah peralatan batu prasejarah dari priode Neolitikum. Jenisnya dipastikan beliung persegi yang bagian-bagian sisinya diumpam atau dipoles secara alami (ciri khas artefak Neolitikum).

Jika dibanding-bandingkan dengan beberapa batu di yang ada di Nusantara ini, batu milik Ponari mempunyai struktur yang mirip-mirip dengan batu jenis akik yang bernama bintal akik atau agate nodule yang banyak ditemukan di beberapa provinsi di Indonesia antara lain seperti di Sumatra Utara, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan lain-lain.


Bintal akik ini sempat diabadikan di perangko Republik Indonesia tahun 1997. Proses pembentukan bintal akik dalam batuan lava andesitis berumur Miosen Bawah atau 20 - 25 juta tahun). Berawal dari temperatur sewaktu lava tersebut pijar yaitu sekitar 1.100 Celcius, kemudian menurun sampai ke 100 derajat celcius, maka larutan silika kemudian dapat masuk menerobos ke rongga-rongga atau voids dalam batuan lava dan membentuk bintal akik dalam suatu proses geologi yang cukup mengasyikan. Akibat pengangkatan tektonik yang berlangsung kemudian, maka terjadilah proses erosi yang menyebabkan bintal akik tersebut terendapkan di aliran-aliran sungai-sungai sekarang.

Batuan ponari yang mirip bintal akik ini, kemungkinan sebagai batuan yang timbul kepermukaan entah karena proses alam atau dibawa oleh manusia sebagai penghantarnya. Batu ajaib milik ponari memiliki sebuah kekuatan dan kelebihannya sendiri sebagai batu alam dan batu mulia yang diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa.

Demikian tentang batu Ponari yang dilihat dari kacamata Arkeologi dan ilmu batu mulia. Semoga artikel ini bermanfaat. terimakasih sudah berkunjung kembali di blog indoborneonatural ini. Sukses selalu.

KISAH LEGENDA ATAU FAKTA TENTANG PUTRI JUNJUNG BUIH KALIMANTAN SELATAN

Indoborneonatural--- Putri Junjung Buih merupakan sosok yang tidak asing di Kalimantan Selatan dan wilayah sekitarnya. Tapi siapa sesungguhnya Putri Junjung Buih masih belum jelas hingga sekarang. Riwayat hidupnya diselimuti kisah legenda dan mitos sejarah.
      
Siapa Putri Junjung Buih? Dalam Hikayat Banjar ia dikenal sebagai istri Pangeran Suryanata. Konon, Putri Junjung Buih adalah putri raja pertama di Kalimantan. Menurut silsilah raja-raja Banjar versi legenda daerah, Putri Junjung Buih adalah anak Nabi Khaidir. Sementara sang suami, Pangeran Suryanata adalah anak Raja Agung Iskandar Zulkarnain (Alaxander the Great, raja Makedonia).

Cerita Legenda Putri Junjung Buih Kalimantan Selatan

Kisah tentang seorang bayi yang ditemukan oleh raja dan diasuh hingga dewasa kemudian menjadi penerus tahta kerajaan. Cerita rakyat dari Kalimantas Selatan ini merupakan salah satu dari cerita rakyat Indonesia yang cukup terkenal.
       
Cerita rakyat putri cantik junjung buih Kerajaan Amuntai dipimpin oleh dua bersaudara, yakni Padmaraga yang disebut Raja Tua dan Sukmaraga yang biasa disebut Raja Muda. Keduanya tidak berputra. Oleh karena itu, mereka terus berdo’a agar segera dikaruniai keturunan. Raja Muda berdo’a di sebuah tempat dekat Kota Banjarmasin. Begitu kuanya dia memohon sehingga tak lama kemudian, istrinya hamil dan dianugerahi sepasang anak kembar yang rupawan.
       
Demikian pula Raja Tua berdo’a di Candi Agung, di luar Kota Amuntai. Setelah sekian lama berdo’a dia pulang ke Amuntai. Dalam perjalanan pulang, dia melewati sebuah sungai. Tampak olehnya seorang bayi perempuan yang sangat cantik terapung-apung di atas sungai, tepat di atas buih. Padmaraga menghentikan perjalananya. Kemudian Raja Tua memerintahkan pada Datuk Pujung tetua istana untuk mengambil bayi di atas buih tersebut. Raja Tua ingin menyelamatkan bayi itu dan menjadikannya sebagai anak asuhnya.
       
Datuk Pujung segera mendekat ke tempat buih yang di atasnya terbaring bayi perempuan itu. Datuk Pujung berusaha mengambil bayi itu, tetapi buih bergerak terus mengombang-ambingkan si bayi. Rupanya bayi itu sangat susah di dekati. Kemudian dengan tiba-tiba bayi itu berbicara kepada Datuk Pujung. Bayi tersebut bersedia ikut dengan Raja Tua asalkan permintaannya dipenuhi. Semua orang yang mendengar terheran-heran. Bagaimana mungkin ada seorang bayi yang bisa bicara.
       
Datuk Pujung terperanjat. Ketika bayi itu berkata bahwa dirinya akan ikut ke istana dengan Raja Tua asalkan diberi selembar kain dan selimut yang selesai ditenun dalam waktu setengah hari. Selain itu, bayi tersebut juga ingin dijemput oleh empat puluh wanita cantik. Permintaan bayi itu disampaikan kepada Raja Tua. Raja Tua segera memerintahkan untuk mencari empat puluh wanita cantik dan mengumumkan sayembara untuk menenun kain dan selimut dalam waktu setengah hari.
       
Banyak yang mengikuti sayembara, tetapi belum ada yang dapat menyelesaikan tenunan dalam waktu setengah hari. Sampai kemudiam, datanglah seorang perempuan bernama Ratu Kuripan. Ratu Kuripan dapat menyelesaikan tugasnya menenun selembar kain dan selimut dalam waktu setengah hari. Hasilnya pun sangat mengagumkan.
       
Bayi di atas buih itu pun dapat diambil dan diangkat anak oleh Raja Tua. Bayi itu kemudian dinamai Putri Junjung Buih. Sementara itu, Ratu Kuripan diangkat menjadi pengasuh Putri Junjung Buih. Ratu Kuripan mengajarkan semua ilmu yang dimilikinya dan membimbing Putri Junjung Buih hingga dewasa. Karena kecerdasannya, Putri Junjung Buih tumbuh menjadi putri yang sangat cantik serta dikaruniai kepandaian yang luar biasa. Raja Tua sangat menyayanginya. Kelak di kemudian hari, Putri Junjung Buih menjadi anutan takyat Amuntai dan menikah dengan pangeran dari kerajaan Majapahit. Akhirnya mereka menurunkan raja-raja yang berkuasa di wilayah Kalimantan.
       
Cerita Rakyat dari Kalimantan Selatan yang berjudul Putri Junjung Buih menceritakan tentang asal muasal kehadiran sang Putri Junjung Buih yang kemudian menjadi anak Raja Amuntai Kalimantan Selatan.
       
Menurut mitologi rakyat pesisir Kalimantan seorang raja haruslah keturunan raja puteri ini sehingga raja-raja Kalimantan mengaku sebagai keturunan Puteri Junjung Buih. Beberapa kerajaan di Kalimantan Barat juga mengaku sebagai keturunan Puteri Junjung Buih. Dalam tradisi Kerajaan Kutai, Putri Junjung Buih/Putri Junjung Buyah merupakan isteri kedua dari Aji Batara Agung Dewa Sakti Raja Kutai Kartanegara ke-1.
       
Menurut Drg Marthin Bayer, Puteri Junjung Buih adalah sama dengan Kameloh Putak Janjulen Karangan yang dikenal dalam masyarakat Dayak. Puteri Lela Menchanai yang berasal dari Jawa (tahun 1524), adalah permaisuri Sultan Bolkiah dari Brunei menurut legenda suku Kedayan dipercaya berasal dari buih lautan (mirip cerita Putri Junjung Buih yang keluar dari buih di sungai).
       
Puteri Junjung Buih adalah seorang Raja Puteri dari Kerajaan Negara Dipa menurut Hikayat Banjar. Puteri ini berasal dari unsur etnis pribumi Kalimantan. Kerajaan-kerajaan di Kalimantan biasanya mengaku sebagai keturunan dari puteri pribumi ini. Puteri Junjung Buih merupakan anak dari Ngabehi Hileer[1] dan merupakan saudara angkat Lambung Mangkurat yang diperolehnya ketika “balampah” (bahasa Banjar : bertapa) yang muncul sebagai wanita dewasa dari dalam buih di sungai. Raja puteri ini kemudian menikah dengan Pangeran Suryanata dari Majapahit. Salah seorang anak mereka yaitu Pangeran Aria Dewangga menikah dengan Putri Kabuwaringin, puteri dari Lambung Mangkurat (unsur pendiri negeri), kemudian mereka berdualah yang menurunkan raja-raja dari Kerajaan Negara Dipa, Kerajaan Negara Daha hingga Kesultanan Banjar dan Kepangeranan Kotawaringin.

Versi yang lebih mudah dicerna akal diungkapkan oleh Anggraini Antemas dalam bukunya “Orang-orang Terkemuka dalam Sejarah Kalimantan”. Ia menyebutkan ratu berparas cantik dan sewaktu kecil bernama Galuh Cipta Sari ini lahir di suatu kampung bernama Bangkiling, Kabapaten Tabalong.
       
“Masih gelap sebenarnya asal usul sejarah kelahiran putri ini. Tiada diketahui tahun kelahirannya dan siapa orangtuanya,” demikian Anggraini. Ia memperkirakan Junjung Buih lahir sekitar tahun 1280.

Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber !!

KISAH LEGENDA SEJARAH ASAL USUL KOTA BANJARMASIN

Indoborneonatural-----Diceritakan bahwa Pada zaman dulu di wilayah Kalimantan selatan berdirilah suatu kerajaan bernama Nagara Daha. Kerajaan itu didirikan Putri Kalungsu berbarengan putranya, Raden Sari Kaburangan dengan kata lain Sekar Sungsang yang bergelar Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan. Konon, Sekar Sungsang seseorang penganut Syiwa. la membangun candi serta lingga paling besar di Kalimantan Selatan. Candi yang didirikan itu bernama Candi Laras. Pengganti Sekar Sungsang yaitu Maharaja Sukarama. Pada saat pemerintahannya, pergolakan berjalan terus-menerus. Meskipun Maharaja Sukarama mengamanatkan supaya cucunya, Pangeran Samudera, nantinya menukar tahta, Pangeran Mangkubumi-lah yang naik takhta.

Situs Bersejarah Candi Laras
Kerajaan tak hentinya alami kekacauan lantaran perebutan kekuasaan. Konon, siapa juga menempati takhta bakal terasa tak aman dari rongrongan. Pangeran Mangkubumi pada akhirnya terbunuh dalam satu usaha perebutan kekuasaan. Mulai sejak itu, Pangeran Tumenggung jadi penguasa kerajaan.

Pewaris kerajaan yang sah, Pangeran Samudera, pasti tak aman bila terus tinggal dalam Lingkungan kerajaan. Atas pertolongan patih Kerajaan Nagara Daha, Pangeran Samudera melarikan diri. Ia menyamar serta hidup di daerah sepi di seputar muara Sungai Barito. Dari Muara Bahan, bandar paling utama Nagara Daha, ikuti aliran sungai sampai ke muara Sungai Barito, ada kampung-kampung yang berbanjar-banjar atau berderet-deret melewati tepi-tepi sungai. Kampung-kampung itu yaitu Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban, Kuin, Balitung, serta Banjar.

Diantara kampung-kampung itu, Banjar-lah yang paling bagus letaknya. Kampung Banjar dibuat oleh lima aliran sungai yang muaranya bersua di Sungai Kuin.

Lantaran letaknya yang bagus, kampung Banjar lalu berkembang jadi bandar, kota perdagangan yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari beragam negeri. Bandar itu dibawah kekuasaan seseorang patih yang umum dimaksud Patih Masih tetap. Bandar itu juga di kenal dengan nama Bandar Masih tetap.

Patih Masih tetap tahu bahwa Pangeran Samudera, pemegang hak atas Nagara Daha yang sah, ada di wilayahnya. Lalu, ia mengajak Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, serta Patih Kuin untuk berunding. Mereka setuju mencari Pangeran Samudera ditempat persembunyiannya untuk dinobatkan jadi raja, penuhi wasiat Maharaja Sukarama.

Dengan diangkatnya Pangeran Samudera jadi raja serta Bandar Masih tetap juga sebagai pusat kerajaan sekalian bandar perdagangan, makin terdesaklah kedudukan Pangeran Tumenggung. Terlebih beberapa patih tak mengakuinya lagi juga sebagai raja yang sah. Mereka juga tak ikhlas menyerahkan upeti pada Pangeran Tumenggung di Nagara Daha.

Pangeran Tumenggung tak tinggal diam hadapi situasi itu. Tentara serta armada di turunkannya ke Sungai Barito hingga terjadi pertempuran besar-besaran. Peperangan berlanjut selalu, belum ada kepastian pihak mana yang menang. Patih merekomendasikan pada Pangeran Samudera supaya minta pertolongan ke Demak. Konon menurut Patih Masih tetap, waktu itu Demak jadi penakluk kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa serta jadi kerajaan terkuat sesudah Majapahit.

Pangeran Samudera juga kirim Patih Balit ke Demak. Demak sepakat memberikan pertolongan, seandainya Pangeran Samudera sepakat dengan prasyarat yang mereka kemukakan, yakni ingin memeluk agama Islam. Pangeran Samudera bersedia terima prasyarat itu. Lalu, suatu armada besar juga pergi menyerang pusat Kerajaan Nagara Daha. Armada besar itu terdiri atas tentara Demak serta sekutunya dari semua Kalimantan, yang menolong Pangeran Samudera serta beberapa patih pendukungnya. Kontak senjata pertama berlangsung di Sangiang Gantung. Pangeran Tumenggung sukses dipukul mundur serta bertahan di muara Sungai Amandit serta Alai. Korban berjatuhan di ke-2 iris pihak. Panji-panji Pangeran Samudera, Tatunggul Wulung Wanara Putih, makin banyak berkibar di beberapa tempat taklukannya.

Hati Arya Terenggana, Patih Nagara Dipa, sedih lihat sekian banyak korban rakyat jelata dari ke-2 iris pihak. Ia mengusulkan pada Pangeran Tumenggung satu langkah untuk mempercepat selesainya peperangan, yaitu lewat perang tanding atau duel pada ke-2 raja yang bertikai. Cara tersebut diusulkan untuk hindari makin banyak korban di ke-2 iris pihak. Pihak yang kalah mesti mengaku kedaulatan pihak yang menang. Usul Arya Terenggana ini di terima ke-2 iris pihak.

Pangeran Tumenggung serta Pangeran Samudera naik suatu perahu yang dimaksud talangkasan. Perahu-perahu itu dikemudikan oleh panglima ke-2, iris pihak. Ke-2 pangeran itu menggunakan baju perang dan membawa parang, sumpitan, keris, serta perisai atau telabang.

Pangeran Samudera Asal Mula Nama Kota BanjarmasinMereka sama-sama bertemu di Sungai Parit Basar. Pangeran Tumenggung dengan nafsu angkaranya mau membunuh Pangeran Samudera. Demikian sebaliknya, Pangeran Samudera tak tega berkelahi melawan pamannya. Pangeran Samudera mempersilakan pamannya untuk membunuhnya. Ia ikhlas mati di tangan orangtua yang pada intinya terus disadari juga sebagai pamannya.

Pada akhirnya, luluh juga hati Pangeran Tumenggung. Kesadarannya nampak. la dapat memandang Pangeran Samudera bukanlah juga sebagai musuh, namun juga sebagai keponakannya yang didalam badannya mengalir darahnya sendiri. Pangeran Tumenggung melemparkan senjatanya. Lalu, Pangeran Samudera dipeluk. Mereka bertangis-tangisan.

Dengan hati tulus, Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaan pada Pangeran Samudera. Berarti, Nagara Daha ada di tangan Pangeran Samudera. Walau demikian, Pangeran Samudera berkemauan jadikan Bandar Masih tetap atau Banjar Masih tetap juga sebagai pusat pemerintahan karena bandar itu lebih dekat dengan muara Sungai Barito yang sudah berkembang jadi kota perdagangan. Bukan sekedar itu, rakyat Nagara Daha juga dibawa ke Bandar Masih tetap atau Banjar Masih tetap. Pangeran Tumenggung di beri daerah kekuasaan di Batang Alai dengan seribu orang masyarakat juga sebagai rakyatnya. Nagara Daha juga jadi daerah kosong.

Juga sebagai seseorang raja yang beragama Islam, Pangeran Samudera merubah namanya jadi Sultan Suriansyah. Hari kemenangan Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah, 24 September 1526, jadikan hari jadi kota Banjar Masih tetap atau Bandar Masih tetap.

Lantaran tiap-tiap kemarau landang (panjang) air jadi masin (asin), makin lama nama Bandar Masih tetap atau Banjar Masih tetap jadi Banjarmasin.

Pada akhirnya, Sultan Suriansyah juga wafat. Makamnya hingga saat ini terpelihara dengan baik serta ramai dikunjungi orang. Letaknya di Kuin Utara, di tepi Sungai Kuin, Kecamatan Banjar Utara, Kota Madya Daerah Tingkat II Banjarmasin.


Komplek Makam Sultan Suriansyah - Foto: eviindrawanto.com
Tiap-tiap tanggal 24 September Wali Kota Banjarmasin serta beberapa petinggi berziarah ke makam itu untuk melakukan haul dan memperingati kemenangan Sultan Suriansyah atas Pangeran Tumenggung. Sultan Suriansyah yaitu sultan atau raja Banjar pertama yang beragama Islam. 

ASAL MULA NAMA KOTA BANJARMASIN-BANDARMASIH

Pasar Terapung Muara Kuin Banjarmasin
Indoborneonatural-----Banjarmasin----Banjarmasin dalam sejarah banjar, jaman dahulu, nama Banjarmasin di ambil dari Bandarmasih. Jadi 'Bandarmasih', dalam 'Banjarmasih' atau 'Banjarmasin' ternyata merupakan nama-nama yang sama dan sepadan untuk menyebukan ibu kota dari Propinsi Kalimantan Selatan, yang kita ketahui telah berusia tua, mencapai hampir lima ratus tahun dan sarat dengan perjalanan sejarah dan dipenuhi kejadian-kejadian perjuangan yang heroik.


Asal mula nama Kota Banjarmasin memang nyata berasal dari sejarah panjang Kota Banjarmasin. Pada saat itu dikenal nama Istilah "Banjarmasih". Sebutan ini diambil dari nama salah seorang Patih yang sangat berjasa dalam pendirian Kerajaan "Banjar", yaitu Patih Masih, yang berasal dari Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu atau Kampung Orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang kemudian menjadi Kampung Banjarmasih.

Patih Masih bersama dengan beberapa Patih lainnya sepakat mengangkat Pangeran Samudera mejadi Raja. Pangeran Semudera ini adalah seorang Putera Kerajaan Daha  yang terbuang dan mengasingkan diri di desa Oloh Masih. Sejak itu terbentuklah kerajaan Banjar. Pangeran Samudera kemudian menaklukkan Muara Bahan dan kerajaan kecil lainnya serta jalur-jalur sungai sebagai pusat perdagangan pada waktu itu.

Banjarmasin - Foto: Arif
Kemajuan kerajaan Banjar ini tentu saja mengusik kekuasaan Pangeran Tumenggung, raja Daha yang juga Paman dari Pangeran Samudera. Sehingga terjadi penyerbuan oleh Daha. Peperangan yang berlarut-larut  menyebabkan Pangeran Samudera terdesak, dan meminta Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Nusantara. Demak bersedia membantu kerajaan Banjar, dengan syarat raja dan rakyatnya masuk Islam. Pengeran Samudera setuju dan tentara Demak datang bersama Khatib Dayan yang kemudian mengislamkan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Samudera berganti nama menjadi Sultan Suriansyah.

Dengan bantuan Demak, Banjar menyerbu Daha dan mengalahkannya. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 Desember 1526, sehingga tanggal tersebut dijadikan sebagai :  
  • Hari kemenangan Pangeran Samudera, dan cikal bakal Kerajaan Islam Banjar Penyerahan kerajaan Daha kepada kerajaan Banjar.  
  • Hari Jadi Kota Bandjarmasih sebagai ibukota kerajaan baru yang menguasai sungai dan daratan Kalimantan Selatan.

Sampai dengan tahun 1664 surat-surat dari Belanda ke Indonesia untuk kerajaan Banjarmasin masih menyebut Kerajaan Banjarmasin dalam ucapan Belanda “Bandzermash”. Setelah tahun 1664 sebutan itu berubah menjadi Bandjarmassin, dan pertengahan abad 19, sejak jaman jepang kembali disebut  Bandjarmasin atau dalam ejaan baru bahas Indonesia menjadi Banjarmasin.

Nama lain kota Banjarmasin adalah kota Tatas diambil dari nama pulau Tatas yaitu delta yang membentuk wilayah kecamatan Banjarmasin Barat dan sebagian Banjarmasin Tengah yang dahulu sebagai pusat pemerintahan Residen Belanda.



UPACARA ADAT RAMBU SOLO' TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

Indoborneonatural---Upacara Rambu Solo’ di Tana Toraja Sulawesi Selatan. Tana Toraja yang berada diKabupaten Tana Toraja yang beribukota di Makale secara geografis terletak di bagian Utara Provinsi Sulawesi Selatan, Orang-orang Tana Toraja Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja. Menurut mitos - kisah yang  diceritakan dari generasi ke generasi, nenek moyang asli orang Toraja turun langsung dari surga dengan cara menggunakan tangga, di mana tangga ini berfungsi sebagai media komunikasi dengan Puang Matua (satu-satunya Tuhan).

Nama Toraja pertama kali diberikan oleh Suku Bugis Sidenreng yang menyebut penduduk yang tinggal di daerah ini sebagai "Riaja" (orang yang mendiami daerah pegunungan). Sementara rakyat Luwu menyebut mereka, "Riajang" (orang-orang yang mendiami daerah barat).

Rumah adat Tongkonan di Tana Toraja
Versi lain mengatakan bahwa Toraja dari kata "Toraya" (Tau: orang, dan raya atau maraya: besar), gabungan dua kata ini memberi arti "orang-orang hebat" atau "manusia mulia". Berikutnya istilah yang lebih sering dipakai adalah sebutan Toraja, kata "tana" sendiri berarti daerah. Penduduk dan wilayah Toraja pun akhirnya dikenal dengan Tana Toraja.

Masyarakat Toraja menganut "aluk" atau adat yang merupakan kepercayaan, aturan, dan ritual tradisional ketat yang ditentukan oleh nenek moyangnya. Meskipun saat ini mayoritas masyarakat Toraja banyak yang memeluk agama Protestan atau Katolik tetapi tradisi-tradisi leluhur dan upacara ritual masih terus dipraktikkan.

Masyarakat Toraja membuat pemisahan yang jelas antara upacara dan ritual yang terkait dengan kehidupan dan kematian. Hal ini karena ritual-ritual tersebut terkait dengan musim tanam dan panen.

Masyarakat Toraja mengolah sawahnya dengan menanami padi jenis gogo yang tinggi batangnya. Di sepanjang jalan akan Anda temui padi dijemur dimana batangnya diikat dan ditumpuk ke atas. Padi dengan tangkainya tersebut disimpan di lumbung khusus yang dihiasi dengan tanduk kerbau pada bagian depan serta rahang kerbau di bagian sampingnya.

Tana Toraja memiliki dua jenis upacara adat yang populer yaitu Rambu Solo dan Rambu Tuka. Rambu Solo adalah upacara pemakaman, sedangkan Rambu Tuka adalah upacara  atas rumah adat yang baru direnovasi.

Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Upacara kematian ini disebut Rambu Solo’.

Upacara Adat Rambu Solo
Rambu Solo’ merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di ketinggian bukit batu. Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana.

Rambu Solo sepintas seperti pesta besar. Padahal, merupakan prosesi pemakaman. Dalam adat Tana Toraja, keluarga yang ditinggal wajib menggelar pesta sebagai tanda penghormatan terakhir kepada yang telah meninggal. Orang yang meninggal dianggap sebagai orang sakit sehingga harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, dan minuman, serta rokok atau sirih. Semakin tinggi strata sosial sebuah keluarga, semakin besar biaya yang harus dikelurkan untuk upacara adat Rambu Solo. Kerbau yang dipotong bisa sampai 150 ekor, acaranya bisa tiga hari tiga malam.
Upacara Adat Rambu Solo
Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.

Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman.Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau.  Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.

Demikian tentang upacara adar Rambu Solo' di Tana Toraja Sulawesi Selatan, semoga bermanfaat, silakan berkunjung dan berwisata ke Tana Toraja Sulawesi Selatan. Terimakasih.  

SENJATA TRADISIONAL DARI DAERAH-DAERAH DI SELURUH INDONESIA

Indoborneonatural-----Senjata tradisional merupakan produk budaya yang lekat hubungannya dengan suatu masyarakat. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, senjata tradisional juga digunakan dalam kegiatan berladang dan berburu. Lebih dari fungsinya, senjata tradisional kini menjadi identitas suatu bangsa yang turut memperkaya khazanah kebudayaan nusantara. Senjata tradisional ini sungguh unik dan sekarang sebagian sudah langka, karena sudah jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, akan tetapi senjata tradisional ini kini telah banyak dijadikan sebagai koleksi bagi pecinta barang antik dan banyak diburu oleh para kolektor tersebut. Harga senjata tradisional unik pun semakin mahal, bahkan mencapai ratusan juta rupiah.

Pada kesempatan ini, indoborneonatural juga ingin merangkum apa saja sich sejata tradisional yang ada di Nusantara ini. Dalam kumpulan gambar senjata tradisional indonesia lengkap dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia, di sini gambarkan berbagai macam senjata unik dari tiap-tiap daerah. Sejata tradisional ini merupakan senjata tradisional yang pada jaman dulu dipakai, baik itu untuk perang atau sebagai pelengkap dalam kegiatan resmi seperti acara adat.

Berikut adalah senjata tradisional dari tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia :

1. Senjata tradisional Nangro Aceh Darusalam : Rencong

Senjata Rencong Aceh

2. Senjata Tradisional Sumatra Utara : Piso Gaja Dompak

Senjata Piso gaja dompak

3. Senjata Tradisional Sumatera Barat : Karih, Ruduih, Piarit

Senjata tradisional sumatera barat - Karih Ruduih Piarit

Gambar Senjata Tradisional Sumatera Barat : Karih, Ruduih, Piarit

4. Senjata Tradisional Provinsi Riau : Pedang JenaWi


Pedang Jenawi Riau

5. Senjata Tradisinional Provinsi Jambi : Badik Tumbuk Lada

Gambar Senjata Tradisinional Provinsi Jambi Badik Tumbuk Lada

6. Senjata Tradisional Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel : Tombak Trisula





Senjata Tradisional Sumsel Tombak Trisula

Gambar Senjata tradisional Sumatera Selatan – Tombak Trisula

7. Senjata Tradisional Provinsi Lampung : Terapang, Pehduk Payan

Senjata Tradisional Lampung Terapang Pehduk Payan

Gambar senjata tradisional lampung Terapang, Pehduk Payan

8. Senjata Tradisional Provinsi Bengkulu : Kuduk, Badik, Rudus

Gambar Senjata tradisional Bengkulu Kuduk, Badik, Rudus

Gambar senjata tradisional Bengkulu Senjata tradisional Bengkulu Kuduk, Badik, Rudus

9. Senjata Tradisional Provinsi DKI Jakarta : Badik, Parang, Golok

Senjata Tradisional DKI Jakarta Badik, Parang, Golok

Gambar Senjata Tradisional DKI Jakarta Badik/ Parang/ Golok

10. Senjata Tradisional Provinsi Jawa Barat / Jabar : Kujang
Senjata Kujang Jawa Barat

11. Senjata Tradisional Provinsi Jawa Tengah / Jateng : Keris

Gambar senjata tradisional keris Jawa Tengah

12. Senjata Tradisional Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta : Keris Jogja

Gambar Keris Senjata tradisional DI Yogyakarata

Gambar Keris Senjata tradisional DI Yogyakarata

13. Senjata Tradisional Provinsi Jawa Timur / Jatim: Clurit

Clurit Jawa Timur

14. Senjata Tradisional Provinsi Bali : Keris


Keris Bali

15. Senjata Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB : Keris, Sampari, Sondi

NTB Keris, Sampari, Sondi

16. Senjata Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT : Sundu

Sundu NTT

17. Senjata Tradisional Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar : Mandau

Mandau Kalbar

18. Senjata Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng : Mandau, Lunjuk Sumpit Randu


Mandau Kalteng


Lunjuk Sumpit Randu

19. Senjata Tradisional Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel : Keris, Bujak Beliung, Parang Baduk

Parang Baduk Kalsel
20. Senjata Tradisional Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim : Mandau

Mandau Kaltim

21. Senjata Tradisional Provinsi Sulawesi Utara / Sulut : Keris, Peda, Sabel

Keris, Peda, Sabel SULUT

22. Senjata Tradisional Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng : Pasatimpo

Sulteng Pasatimpo

23. Senjata Tradisional Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra : Keris

Sultra Keris

24. Senjata Tradisional Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel : Badik

Badik Sulsel

25. Senjata Tradisional Provinsi Maluku : Parang Salawaki / Salawaku, Kalawai

Parang Salawi/salawaku

26. Senjata Tradisional Provinsi Irian Jaya / Papua : Pisau Belati, pisau tusuk tulang kasuari, panah

 Pisau Belati Papua


Pisau tusuk tulang kasuari

Panah Papua

Makna Gunungan Wayang dalam Islam

Indoborneonatural---Para Walisongo sungguh cerdas memasukkan dakwah ke dalam Budaya Jawa, dari gunungan wayang kulit dapat kita kupas kandungan dakwah di dalamnya. 
Gunungan merupakan simbol kehidupan, jadi setiap gambar yang berada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu Sholat lima waktu yang harus dilakukan oleh manusia adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT. 

Gambar pohon dalam gunungan melambangkan kehidupan manusia di dunia ini, bahwa Allah SWT telah memberikan pengayoman dan perlindungan kepada umatnya yang hidup di dunia ini. Beberapa jenis hewan yang berada didalamnya melambangkan sifat, tingkah laku dan watak yang dimiliki oleh setiap orang. 

Gambar kepala raksasa itu melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan. Gambar ilu-ilu Banaspati (jin atau setan) melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia. Gambar samudra dalam gunungan kayon pada wayang kulit melambangkan pikiran manusia. Gambar Cingkoro Bolo-bolo Upoto memegang tameng dan godho dapat diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang. 

Gambar rumah joglo melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia. Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan. Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkannya.

Kalau kita lihat dalam gunungan tersebut, gambar di bagian bawah adalah hewan-hewan besar (rojo koyo), ini melambangkan bahwa manusia yang derajatnya rendah di mata Allah SWT adalah seperti hewan ternak, menurut bahasa Al Qur'an dalam QS Al-A'raf : 179 yaitu :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."(QS. Al-A’raaf: 179)
Sesungguhnya kebanyakan jin dan manusia itu adalah makhluk yang diciptakan untuk isi neraka jahannam! Mengapa begitu? Karena kebanyakan mereka tidak mau membuka hati yang telah diberi kemampuan untuk memikirkan petunjuk-petunjuk keimanan dan hidayah yang terbentang di alam semesta. Juga, di dalam risalah-risalah yang dapat diketahui oleh hati yang terbuka dan pandangan yang melek.
Namun, mereka tidak mau membuka mata mereka untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Juga tidak mau membuka telinga mereka untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang dibacakan (Alquran).
Kemudian di bagian atas gunungan adalah gambar burung, yang melambangkan bahwa bila manusia menyadari akan arti hidup yang sebenarnya, maka dia akan naik memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Burung melambangkan ketawakalan, yang mana bila manusia memiliki sifat tawakal kepada Allah SWT maka dia tidak akan menjadi seperti hewan ternak yang hanya memikirkan makan, makan dan makan akan tetapi ia tawakal dan yakin sepenuhnya kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam hadis :
Dari Umar bin Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu tawakal kepada Allah dengan ketawakalan yang sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizki kepadamu seperti Allah memberikan rezeki kepada burung, pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang dalam keadaan kenyang.” (Hadis riwayat Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Akan masuk surga orang-orang yang hati mereka seperti hati burung(Hadis riwayat Muslim) Orang-orang yang bertawakallah yang dimaksud hati mereka seperti hati burung.
Demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji perangai burung yang senantiasa tawakal dalam usahanya mengais rizki Allah di dunia ini. Hingga beliau menasehatkan umatnya untuk mencontoh binatang yang selalu ada di sekitar kita itu. Ini menunjukkan, bahwa sesungguhnya alam sekitar dapat menjadi guru kehidupan, tentu hanya bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.

Secara khusus, hadis ini mengajarkan kita tentang tawakal. Para ulama mendefinisikan tawakal sebagai, “Kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah ‘azza wa jalla dalam mendatangkan kemaslahatan dan mencegah dari bahaya pada semua urusan dunia dan akhirat, bersandar dalam semua perkara kepada-Nya serta beriman dengan sungguh-sungguh bahwa tidak ada yang dapat memberi dan mencegah, mendatangkan manfaat dan bahaya selain-Nya.”

Diantara nama Allah adalah “Al-Wakiil”. Makna nama Allah “Al-Wakil” adalah: Allah satu-satunya yang menjamin dan memberikan rizki bagi hamba-hambanya, Dia menyendiri dalam segala hal yang dijaminnya. Al-Ghazali menyatakan bahwa “Al-Wakiil” adalah Yang disandarkan kepada-Nya segala urusan.
Tanpa tawakal, kegiatan usaha untuk mendapatkan rizki akan mendatangkan ragam malapetaka. Penyelewengan manusia dalam orientasi mencari rizki terjadi ketika kekuatan tawakal sangat lemah. Orientasi dalam mencari rizki menjadi pragmatis, yang dicita-citakan menjadi hanya sebatas perolehan nominal, bukan lagi keberkahan dan manfaat.

Orang yang mengalami disorientasi dalam soal rizki ini, kelak tidak akan segan-segan mengusahakan penghasilannya dari jalan yang tidak diridhoi oleh Allah. Ia tidak akan peduli lagi dengan cara halal atau haram. Yang penting baginya adalah meraup keuntungan sebesar-besarnya. Padahal Allah berfirman;
Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.(QS As-Syura: 36)  
Orang-orang tawakal yakin bahwa rizki di dunia ini milik Allah, Allah yang membagi-baginya kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Sementara rizki-Nya di akhirat kelak jauh lebih baik dan kekal.
Tawakal adalah ciri orang beriman. Allah berfirman, Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.(QS Ali ‘Imran: 122)
Namun, sikap tawakal tentu bukan berarti pasrah menunggu dan berpangku tangan. Tawakal justru disertai kerja dan usaha. Tawakal bersifat aktif dan tidak pasif. Bekerja sama sekali tidak menafikan nilai tawakal.

Pada hadis tentang burung di atas terdapat dalil atas hal ini. “Pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang dalam keadaan kenyang.” Mubarakfuri berkata, “Hadis ini mengisyaratkan bahwa tawakal bukanlah dengan diam menganggur, tapi berusaha untuk mencari sebab, karena burung itu diberi rizki dengan berusaha dan mencari. Oleh karena itu Imam Ahmad berkata, “Hadis ini tidak manunjukkan atas meninggalkan usaha, akan tetapi padanya justru terdapat dalil atas mencari rizki.” (Tuhfah al-Ahwadzi)
Ibnu Abbas mengisahkan, “Dahulu penduduk Yaman berhaji tanpa membawa perbekalan. Mereka berkata, “kami bertawakal”. Sesampainya di Mekkah, mereka meminta-minta kepada orang lain. Lalu turunlah firman Allah, Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa (Hadis riwayat Bukhari)

Oleh karena itu para ulama menjelaskan bahwa tawakal harus dibangun diatas dua pilar: (1) Bersandar kepada Allah. (2) Mengupayakan sebab yang dihalalkan. Orang berupaya menempuh sebab saja namun tidak bersandar kepada Allah, maka berarti ia cacat tauhidnya. Adapun orang yang bersandar kepada Allah namun ia tidak berusaha menempuh sebab yang dihalalkan, maka ia berarti cacat akalnya.
Demikian luar biasanya filosofis gunungan dalam mendakwahkan Islam. Semoga bermanfaat sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan kita dalam menyikapi seni dan budaya nusantara dari sudut pandang agama Islam.



Sumber : 
http://ajisatria.multiply.com/journal/item/10 , 
http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/08/18/belajar-tawakal/

Cari Artikel